Secara filosofis lepet berarti lengket. Artinya, bahwa manusia tidak luput dari kesalahan.
Dengan adanya lepet ini diharapkan tumbuh sifat arif dengan memaklumi bahwa setiap manusia memiliki kesalahan dan hendaknya dapat memaafkan orang lain.
Sementara dalam tafsir yang lain, kupat dimaknai sebagai kaffatan yang berasal dari Bahasa Arab yang bermakna kesempurnaan dalam arti kembalinya manusia kepada fitrah (kesucian) saat merayakan Hari Raya Idul Fitri.
Kaffatan dalam logat Surabaya atau Jawa Timur menjadi kupatan. Melakukan tradisi ini juga menunjukkan makna atau bukti kasih sayang antara anak dan orang tua.
Selain itu sungkeman juga dilakukan kepada sanak kerabat lainnya, tetangga, serta teman-teman. Jadi, sungkeman tidak hanya dulakukan sebatas dalam keluarga saja.
Makna ketupat juga berarti untuk menuntun umat Islam saling memaafkan dengan penuh ikhlas. Kemudian, untuk istilah selanjutnya yaitu laku papat atau dalam bahasa Indonesia artinya empat tindakan.
Adapun filosofinya, antara lain:
- Lebaran yang berarti usai, Menandakan puasa Ramadan telah berakhir.
- Luberan atau melimpah seperti air yang tumpah. Luberan ini memiliki makna berbagi kepada fakir miskin bagi orang-orang yang mampu atau memiliki kelebihan harta.
- Leburan. Leburan memiliki makna untuk meleburkan dosa dengan saling bermaaf-maafan satu sama lain. Dengan begitu, dosa yang telah kamu perbuat dapat melebur dan kembali suci.
- Laburan. Kata ini berasal dari kata labur atau kapur putih. Makna laburan ini adalah hati seorang muslim akan kembali jernih dan suci dengan berbagai ibadah yang telah dilakukan.
Demikianlah penjelasan mengenai tradisi lebaran ketupat atau syawalan di masyarakat Jawa, berikut dengan sejarah dan maknanya.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani
Artikel Terkait