Umat Islam Indonesia Harus Terus Rawat Sikap Ramah, Moderat dan Toleran

Mada Mahfud
Dialog yang diselenggarakan Jaringan Muslim Madani (JMM) bersama Institut Agama Islam Depok (IAID) Al Karimiyah. Foto: Istimewa

Syukron menegaskan bahwa dalam konteks keindonesiaan, Islam ramah itu adalah Islam yang sudah ada sejak para ulama, walisongo, dan saudara dari berbagai negara mendakwahkan Islam di bumi Nusantara. Bahkan, model dakwah walisongo sangat paripurna karena meniru dakwah Nabi Muhammad SAW dengan metode perdamaian, berbasis kebudayaan, dan menyesuaikan kebutuhan masyarakat Nusantara kala itu.

"Ini bukan untuk meng-kotakan, tapi konteksnya umat Islam di Indonesia harus mengendapkan sikap yang ramah, moderat dan toleran, karena itu yang jadi tuntutan Nabi Muhammad SAW," ulasnya.

Pegiat Masyarakat Pesantren yang juga Founder Iqra.id, Achmad Ubaidillah mengatakan bahwa tantangan terbesar saat ini bagi dunia santri, masyarakat pasantren, harus menjadikan dunia digital sebagai medan perjuangan untuk terus mendakwahkan Islam moderat.

"Ada kelompok-kelompok tertentu yang sudah menjadikan internet, media sosial sebagai ajang kontestasi ideologi. Kelompok moderat seperti santri ini harus masuk ke panggung-panggung media sosial agar tidak direbut oleh orang-orang yang sesungguhnya dalam perspektif pengetahuan Islamnya belum pas," ungkapnya.

Sementara itu, Aktivis Lintas Budaya Indonesia, Mansyur Al Farisyi memberikan gambaran bahwa dulu antara Muhamadiyah dan Nahdlatul Ulama, misalnya, perbedaan terjadi hanya mengenai amaliah saja. Tetapi sejak 1998, masuk paham dari sedikit orang yang suka melabeli bid'ah kepada yang tidak sepaham. "Mereka masuk sejak keran demokrasi di Indonesia dibuka pada 1998, di masa transisi itu," ujarnya.

Mansyur menanggap jumlah mereka yang sedikit itu, memaksa untuk menjadi sama. "Jika tidak memaksa silahkan, tapi ini teriak menyalahkan banyak orang. Hal ini yang menjadi masalah."

Dia melanjutkan, di NU Islam adalah nilai yang lalu dibawa masuk ke Nusantara yang menjadi budaya atau ruangnya. "Budaya itu menguatkan kebiasaan. Nah, NU itu menjaga budaya kearifan lokal, menjaga keseimbangan, budaya dan agama," ungkapnya.

Editor : M Mahfud

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network