Kelima: Bolehkah Berniat Secara Mu’allaq?
Misalkan ketika seseorang masih ragu apakah sudah masuk Ramadhan atau belum, lalu ia berniat apabila besok Ramadhan maka puasanya adalah wajib dan apabila belum masuk Ramadhan maka puasanya sunnah, ini yang dimaksud berniat secara mu’allaq (niat yang menggantung). Pendapat yang benar insya Allah adalah sah niatnya.[3]
Namun apabila seseorang ragu akan masuknya Ramadhan hendaklah ia tidak berniat puasa Ramadhan karena ada larangan berpuasa di hari yang diragukan.
Sahabat yang Mulia Ammar bin Yasir radhiyallahu’anhuma berkata,
مَنْ صَامَ يَوْمَ الشَّكِّ فَقَدْ عَصَى أَبَا القَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Barangsiapa berpuasa di hari yang diragukan maka ia tidak taat kepada Abul Qoshim (Nabi Muhammad) shallallahu’alaihi wa sallam.” [HR. Al-Bukhari]
Keenam: Waktu Berniat Puasa Wajib
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ الصِّيَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ
“Barangsiapa tidak berniat puasa sejak malam hari maka tidak ada puasa baginya.” [HR. An-Nasaai dari Hafshah radhiyallahu’anha, Shahihul Jaami’: 6535]
Hadits yang mulia ini menunjukkan kewajiban berniat puasa di malam hari. Dan waktu malam hari adalah setelah terbenam matahari (waktu Maghrib) sampai terbit fajar (waktu Shubuh).
Barangsiapa tidak berniat di malam hari maka tidak sah puasanya, kecuali orang yang baru mengetahui masuknya Ramadhan di siang hari atau baru diwajibkan atasnya puasa Ramadhan di siang hari, seperti orang yang baru masuk Islam, anak yang mencapai baligh dan orang hilang akal yang sadar, maka pendapat yang kuat insya Allah adalah hendaklah mereka berniat pada saat itu juga dan mulai berpuasa sampai terbenam matahari.
Kecuali anak wanita yang mencapai baligh dengan keluarnya haid maka tidak boleh baginya berpuasa sampai suci, sebagaimana telah dibahas sebelumnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait