DEPOK, iNewsDepok.id - Siapa pemilik SPBU Vivo menarik untuk diulas. SPBU Vivo sempat menjadi sorotan menjual harga bahan bakar minyak (BBM) lebih murah dari Pertamina karena saat itu Vivo belum melakukan penyesuaian harga BBM.
Sebagaimana diketahui di Indonesia selain Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina, ada beberapa SPBU lain yang beroperasi di Indonesia salah satunya Vivo.
Penasaran siapa pemilik SPBU Vivo? SPBU Vivo berada di bawah naungan PT Vivo Energy Indonesia yang terafiliasi dengan Vitol Group. Vitol Group merupakan perusahaan minyak asal Belanda dan berpusat di Swiss.
PT Vivo Energy Indonesia resmi beroperasi di Indonesia dengan membuka SPBU pertamanya di kawasan Cilangkap, Jakarta Timur pada Oktober 2017.
Sejarah Vitol Group didirikan di Rotterdam, Belanda pada tahun 1966. Henk Viëtor dan Jacques Detiger menginvestasikan 10.000 gulden Belanda untuk memulai perusahaan bertujuan membeli dan menjual produk minyak olahan di Rhine.
Seiring waktu, pada tahun 1960-1970 produsen besar yang mengendalikan kontrak jangka mulai bangkrut. Kondisi itu dimanfaatkan Vitol untuk mulai membeli dan menjual minyak di pasar spot yang baru lahir.
Pada tahun 1990 jaringan bisnis global Vitol mulai terbentuk pada 1990. Pada saat itu Detiger dan tujuh mitra lainnya menjual perusahaan tersebut seharga 100 juta hingga 200 juta dolar AS.
Pada saat itu Tom Von menjadi Presiden dan CEO, yang kemudian digantikan oleh Ian Roper Taylor pada tahun 1995. Pria kelahiran 7 Februari 1956 ini adalah seorang pengusaha dan dermawan Inggris.
Dia menjalani pendidikan di King's School, Macclesfield hingga 1974. Lalu melanjutkan ke Universitas Oxford jurusan Politik, Filsafat dan Ekonomi hingga 1978 .
Sebelum bergabung dengan Vitol, Taylor memulai kariernya di Royal Dutch Shell pada 1978. Taylor bergabung dengan Vitol pada tahun 1985 dan mengembangkan bisnis perdagangan minyak mentah.
Setelah itu, dia sukses membawa Vitol Group dari semula hanya pedagang bahan bakar kecil menjadi perusahaan perdagangan minyak independen terbesar di dunia. Saat itu, Vitol Group sukses menghasilkan lebih dari 7 juta barel minyak mentah dan produk minyak dalam sehari.
Berkat keuletannya, Taylor berhasil membawa perusahaan asal Belanda tersebut mencapai kesepakatan menguntungkan dengan pemerintah, perusahaan minyak nasional, pabrik penyulingan, serta produsen.
Semasa kepemimpinan Taylor, Vitol Group mampu mengembangkan jaringan SPBU di Belanda, Singapura, Inggris, Australia, dan Afrika. Melalui anak ushanya, Vitol memiliki sekitar 6.800 titik ritel dan 40 kantor perwakilan.
Taylor mundur dari jabatannya pada tahun 2018 karena masalah penyakit yang dideritanya. Kemudian, Russell Hardy diangkat menggantikan Taylor.
Pada 9 Juni 2020, Taylor meninggal dunia di usia 64 tahun setelah berjuang melawan kanker dan komplikasinya.
Di Indonesia, SPBU Vivo menyalurkan BBM non subsidi dan hanya menjual BBM jenis umum. Ada tiga jenis BBM yang dijual SPBU Vivo antara lain Revvo 89, Revvo 92 dan Revvo 95.
Demikianlah informasi mengenai sosok pemilik SPBU Vivo, yang ternyata dimiliki oleh salah satu perusahaan perdagangan minyak terbesar di dunia.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani
Artikel Terkait