8 Permainan Tradisional Sunda
Jajangkungan
Permainan tradisional sunda jajangkungan. Foto: budaya Indonesia
Jajangkungan merupakan permainan tradisional Sunda yang masih bertahan hingga saat ini. Permainan yang juga memiliki nama egrang ini menggunakan galah atau tongkat yang digunakan seseorang agar bisa berdiri dalam jarak tertentu dari atas tanah.
Manfaat dari permainan jajangkungan melatih motorik dan keseimbangan anak. Permainan ini agak sulit memainkannya, tetapi jika rajin berlatih maka anak bisa mahir menggunakan jajangkungan.
Caranya, kedua kaki menginjak pijakan yang terdapat di masing-masing tongkat. Tangan kanan dan kiri memegangi tongkat itu. Setelah berhasil berdiri, pemain akan berjalan menggunakan tongkat tersebut.
Oray-orayan atau dalam bahasa Indonesia ular-ularan termasuk permainan tradisional Sunda yang paling digemari. Oray-orayan merupakan permainan tradisional dengan dialog dan nyanyian di antara pemain.
Permainan oray-orayan ini dilakukan oleh 5 sampai 10 anak. Oleh karena itu untuk memainkan oray-orayan ini membutuhkan area cukup luas, seperti di halaman rumah.
Saat bermain, anak-anak yang jadi peserta, saling memegang pundak teman di depannya. Anak yang berada di depan diartikan sebagai kepala ular dan bagian tengah tubuh, dan belakang ekor.
Mereka membentuk barisan satu kolom. Sambil berjalan, mereka menyanyikan nyanyian dengan syair sebagai berikut:
Oray orayan (Ular-ularan)
Luar leor mapay sawah (meliuk-liuk melalui sawah)
Tong ka sawah (jangan ke sawah)
Parena keur sedeng beukah (padinya sedang berisi)
Oray-orayan (ular-ularan)
Luar leor mapay leuwi (meliuk-liuk melalui kubangan air).
Tong ka leuwi (jangan ke kubangan air)
Di leuwi loba nu mandi (di kubangan air banyak yang mandi)
Oray-orayan (ular-ularan)
Oray naon, oray bungka, bungka naon, bungka laut (ular apa? Ular bungka. Bungka apa? Bungka laut).
Laut naon, laut dipa, dipa naon, dipandeuri. (Laut apa? Laut dipa).
Dipa apa? di pandeuri (di paling belakang atau ekor)
Setelah syair berakhir, sang kepala berusaha menangkap bagian ekor. Sementara sang ekor mengatur strategi sehingga akan tampak seperti seekor ular yang meliuk-liuk karena antara kepala dengan ekor seakan saling mengejar.
Yang harus menyesuaikan barisan adalah bagian tubuh ular karena tidak boleh putus. Hal ini membuat bagian tubuh seakan meliuk-liuk untuk mengikuti gerakan kepala dan ekor.
Dalam permainan ini tidak ada istilah pertandingan dan keuletan serta kalah menang. Yang ada hanyalah ketangkasan dan lebih didominasi oleh keceriaan serta gelak tawa para pemain.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani
Artikel Terkait