JAKARTA, iNewsDepok.id - Gagal ginjal akut yang tiba-tiba saja menyerang anak-anak baru-baru ini, sangat menimbulkan keresahan di kalangan orangtua.
Acute Kidney Injury (AKI), juga dikenal sebagai gagal ginjal akut (Acute Renal Failuro/ARF), adalah kejadian tiba-tiba gagal ginjal atau kerusakan ginjal yang terjadi dalam beberapa jam atau beberapa hari.
Product Specialist Prodia, Matthew Justyn menyebutkan, gangguan ginjal akut didiagnosis jika salah satu kriteria berikut terpenuhi:
• Peningkatan kreatinin serum (SCr) minimal 0,3 mg/dL dalam 48 jam.
• 50% peningkatan SCr awal dalam 7 hari.
• haluaran urin kurang dari 0,5 mL/kg/jam selama minimal 6 jam.
dr. Henny Adriany, Sp.A(K), Dokter Spesialis Nefrologi Anak menjelaskan, AKI menyebabkan penumpukan produk limbah dalam darah dan menyulitkan ginjal untuk menjaga keseimbangan cairan yang tepat dalam tubuh. "AKI juga dapat memengaruhi organ lain seperti otak, jantung, dan paru-paru," cetusnya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan kematian anak-anak yang disebabkan oleh gagal ginjal akut mencapai 159 anak hingga 31 Oktober 2022, terbanyak di kelompok umur 1-5 tahun sebanyak 106 anak.
Sementara jumlah kasus kumulatif gagal ginjal akut hingga 31 Oktober mencapai 304 kasus yang tersebar di 27 provinsi di Indonesia. 10 besar provinsi terbanyak (termasuk) DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Langsung bergerak cepat, Kemenkes meminta seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas dan/atau bebas terbatas dalam bentuk cair/sirup kepada masyarakat sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas, dan menggunakan bentuk sediaan lain seperti tablet, kapsul, suppositoria (anal), atau lainnya.
Kabar gembira, karena Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dr. Dwi Oktavia Tatri Lestari Handayani, M.Epid. mengatakan, di bulan November ini tidak lagi ditemui ada kasus baru gagal ginjal akut pada anak.
Meski demikian, beliau tetap menyerukan kewaspadaan untuk orangtua yang memiliki anak balita dengan gejala penurunan jumlah air seni dan frekuensi buang air kecil dengan atau tanpa demam, diare, batuk pilek, mual dan muntah agar segera dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Tak hanya itu, diharapkan keluarga pasien juga membawa atau menginformasikan obat yang dikonsumsi sebelumnya, serta menyampaikan riwayat penggunaan obat kepada tenaga kesehatan.
Maraknya isu obat konsumsi anak yang dilarang serta tindakan pencegahan yang rancu, membuat sebagian besar masyarakat resah dan memunculkan tanda tanya besar mengenai gejala klinis yang ditunjukkan, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan, serta kesiapsiagaan orangtua, khususnya, dalam penanganan penyakit ini dalam lingkup rumah tangga.
Di sisi lain, beredarnya disinformasi terkait penyakit gagal ginjal akut pada anak ini perlu mendapatkan perhatian khusus agar tidak meluas dan dapat segera diluruskan.
Menyikapi hal tersebut, PT Prodia Widyahusada, Tbk. (Kode Saham: PRDA) bersama Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta mengadakan Media Workshop bertajuk “Kenali Gagal Ginjal Akut” pada Selasa, 8 November 2022 bertempat di Prodia Tower, Jakarta Pusat.
Media Workshop ini diselenggarakan untuk memberikan edukasi terarah kepada masyarakat, melalui rekan-rekan media yang hadir pada acara tersebut serta menyampaikan informasi secara masif kepada masyarakat khususnya orangtua agar dapat menyikapi isu ini dengan baik.
"Penting bagi kami sebagai institusi kesehatan, turut mengambil bagian dalam mengedukasi masyarakat dengan menghadirkan narasumber yang tepat,” kata Dewi Muliaty, Direktur Utama Prodia saat membuka acara Media Workshop.
"Hal ini selaras dengan instruksi khusus Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta kepada seluruh Fasilitas Layanan Kesehatan agar secara gencar dan masif melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai Tips Cermat Mengonsumsi Obat, Deteksi, dan Penanganan Sejak Dini terkait gagal ginjal akut, melalui penyuluhan, seminar edukasi/webinar, talkshow interaktif, dan kampanye," tandas dr. Dwi Oktavia Tatri Lestari Handayani, M.Epid.
Beliau berharap dengan sejumlah informasi dan data yang disampaikan dalam kegiatan ini, kiranya dapat bermanfaat dan diimplementasikan dengan baik agar dapat menyelamatkan banyak nyawa anak-anak di Indonesia.
"Yang terpenting, bagaimana masyarakat mengetahui dan dapat melakukan langkah-langkah mitigasi agar penyakit tersebut tidak terjadi pada anak-anak mereka," tutup Marina Eka Amalia, Corporate Secretary Prodia.
Editor : Mahfud
Artikel Terkait