Salah satu penelitian menyebutkan, apabila seseorang terpaksa menggunakan dan merebus air yang sudah terkontaminasi, maka disarankan dimasak lebih lama lagi yaitu sekitar 20 menit.
Lamanya memasak air yang sudah tercemar tersebut bertujuan untuk membunuh bakteri dan kontaminasi biota air yang membahayakan seperti cacing dan juga jentik nyamuk.
"Tapi sekali lagi, kalau itu casenya mendesak sekali. Namun tetap tidak disarankan sama sekali dimasak," tegas dr. Alfi.
Menurut dr. Alfi, yang dikhawatirkan saat ini adalah masyarakat menengah ke bawah karena rata-rata dari mereka mengalami kesulitan mengakses air bersih. Jadi, sumber air yang ada digunakan untuk sehari-hari, tanpa tahu apakah itu layak atau tidak.
Lebih lanjut dr. Alfi mengingatkan masyarakat agar lebih berhati-hati dalam menggunakan air yang sekiranya diduga sudah terkontaminasi.
Lantas bagaimana mengenali air yang sudah terkontaminasi? Menurut dr. Alfi, terpenting memilih air terlihat jernih saja tidak menjamin kalau itu bebas dari kontaminasi atau cemaran apa pun.
Namun, air yang sudah terkontaminasi kotoran sangat mudah untuk dikenali. Secara sederhana kontaminasi pada air bisa dilihat dari perubahan warnanya.
Menurutnya, dari perubahan warnanya saja sudah dapat diketahui suatu sungai atau sumber air lain sudah tercemar kotoran atau limbah.
"Warna-warna air di Jakarta sudah tercerminkan apa yang terkandung di dalam airnya," ungkapnya.
Lebih lanjut kata dr. Alfi, dampak air yang tercemar tidak hanya berasal dari tinja, melainkan bisa dari sumber lain seperti zat-zat berbahaya, deterjen, hingga limbah pabrik. Bercampurnya air dengan zat tersebut dapat membahayakan dari segala aspek kesehatan.
Tak hanya itu, menurut dr. Alfi, lingkungan sekitar pun akan ikut tercemar, hingga dari segi estetika jadi tidak sedap jika dipandang mata.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani
Artikel Terkait