Dalam sambutannya, Vinsensius mengatakan, pentingnya menjaga seni budaya yang sudah diturunkan leluhur dan tokoh sebelumnya. Sebab, seni budaya akan menjadi asset bernilai luar biasa bagi sektor pariwisata di masa mendatang, karena wisatawan mencari keaslian seni budaya dan pengalaman yang unik.
“Aspek keberlanjutan adalah suatu hal yang harus dijaga, bahkan tema G21 juga mengangkat keberlanjutan, baik ekonomi, budaya maupun lingkungan,” imbuhnya.
Vinsesius menambahkan, kesulitan jaringan telekomunikasi tidak hanya terjadi di Desa Umauta, tapi juga beberapa desa lain yang sudah divisitasi sebelumnya. "Kita memberi tahu kepada dinas setempat untuk memberitahu titik koordinat setempat untuk diinfokan kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika dan operator untuk ditindaklanjuti,” jelasnya.
Bicara potensi wisata, desa tersebut memiliki daya tarik utama yaitu Sanggar Seni Budaya Doka Tawa Tana. Sanggar tersebut menaungi para perajin mengikat motif pada benang. Aktivitas mereka membuat kain sarung untuk keperluan sehari-hari dan dijual.
Untuk menuju desa ini, pelancong dapat menempuh perjalanan udara ke Maumere. Kemudian dilanjutkan jalur darat ke desa itu kurang lebih sekitar satu jam dari bandara.
Desa Wisata Umauta memiliki topografi yang berupa perbukitan, sehingga alam bebas dan terbuka merupakan daya tarik yang dimiliki desa ini. Dengan melintasi bukit dan lembah, dapat melihat berbagai jenis tumbuhan pewarna alami, yang digunakan untuk pewarna pada kain tenun.
Desa Wisata Umauta juga memiliki hasil bumi beragam, seperti Cengkeh, Kemiri, Kakao, Pisang, Kelapa, Fanili, dan Pala.
Editor : Mahfud
Artikel Terkait