Berdasarkan metode Stanford-Binet edisi ke-5 (SB5) yang dipublikasikan tahun 2003, hasil tes IQ dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Skor IQ 144+, kelompok sangat berbakat atau sangat maju.
2. Skor IQ 130-144, kelompok berbakat atau maju.
3. Skor IQ 120-129, kelompok superior.
4. Skor IQ 110-119, kelompok di atas rata-rata/rerata tinggi.
5. Skor 90-109, kelompok rata-rata.
6. Skor 80-89, kelompok di bawah rata-rata/rerata rendah.
7. Skor 70-79, kelompok IQ dengan borderline impaired or delayed.
8. Skor 55-69, kelompok IQ dengan gangguan atau keterlambatan ringan.
9. Skor 40-54, kelompok IQ dengan gangguan atau keterlambatan moderat.
Tingkat kecerdasan seseorang tak hanya melekat pada dirinya sejak lahir, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh riwayat akademis, pengalaman hidup, bagaimana seseorang bersosialisasi di tengah masyarakat, dan usia. Otak pada anak-anak yang masih kecil belum berkembang sempurna, sehingga ketika menjalani tes IQ, bisa saja skor yang didapat akan lebih rendah bila dibandingkan saat mereka telah tumbuh menjadi remaja atau dewasa.
Menurut teori Richard Nisbett, dosen psikologi di University of Michigan, IQ dapat berubah setiap saat. Dalam masyarakat modern, kemampuan otak pun bertambah, sehingga sangat mungkin skor IQ meningkat 3 poin tiap 10 tahun sekali.
Meski demikian, banyak orang yang enggan untuk mengikuti tes IQ akibat takut hasilnya tidak sesuai harapan. Padahal, seharusnya tidak begitu, karena skor yang rendah justru dapat dijadikan rujukan untuk melakukan upaya-upaya agar IQ dapat ditingkatkan.
Editor : Rohman
Artikel Terkait