JAKARTA, iNewsDepok.id — Angka jumlah anak stunting (kerdil/pendek) di Indonesia masih terbilang tinggi. Berdasarkan Data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, angka stunting di Indonesia masih mencapai 24,4 persen atau sekitar 5,33 juta balita. Angka ini masih berada di atas standar yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20 persen.
Pemerintah sendiri menargetkan pada tahun 2024 angka stunting di Indonesia akan turun menjadi 14 persen atau di bawah standar WHO dan tahun 2030 Indonesia bebas stunting.
Agar tercapai, tentu dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak. Hal inilah yang melatarbelakangi lembaga kemanusiaan (ACT/Aksi Cepat Tanggap) meluncurkan gerakan #GenerasiMerdekaStunting.
Dikatakan Direktur HMS (Humanity Medical Services) ACT, dokter Arini Retno Palupi, dalam mengatasi stunting, perlu upaya yang menyeluruh dan berkesinambungan, dari hulu hingga ke hilir sehingga hasilnya maksimal dan stunting dapat diatasi hingga ke akar permasalahannya.
“Langkah pertama, memberikan edukasi kepada perempuan, calon ibu, ibu hamil, dan anak-anak akan pentingnya asupan gizi seimbang. Ibu dan ibu hamil memiliki peran yang strategis dalam mengatasi stunting dan mewujudkan anak-anak bebas stunting. Langkah selanjutnya, melakukan penyaringan status gizi anak. Dari hasil penyaringan gizi, akan diketahui anak dengan stunting, gizi seimbang, buruk, normal, atau berlebih. Nantinya, tim HMS-ACT akan melakukan tindakan pendampingan dan pemantauan status gizi anak yang stunting secara berkala,” urai dokter Arini.
"Jadi, setiap dua pekan atau sepekan sekali akan kita berikan bahan pangan, makanan gizi seimbang, edukasi, serta monitoring gizi seperti penimbangan berat badan, dan pengukuran tinggi badan. Ini jangka panjang, minimal tiga bulan," tambahnya.
Presiden ACT Ibnu Khajar berpendapat, stunting dapat memberikan dampak panjang terhadap kualitas SDM di masa yang akan datang. “Jika kualitas SDM buruk akibat stunting, masa depan Indonesia menjadi taruhan. Cita-cita mewujudkan Indonesia Emas di 100 tahun kemerdekaan dan menjadi bangsa yang maju, bisa terhambat,” tandasnya.
Walikota Jakarta Timur Muhammad Anwar mengatakan, bayi dan anak-anak usia sekolah paling banyak ada di Jakarta Timur dibanding wilayah Jakarta lainnya. “Seperti Matahari terbit dari Timur, Kota Jakarta Timur menjadi kota pertama diluncurkannya gerakan #GenerasiMerdekaStunting. Kami berharap, program dari ACT ini akan sejalan dengan program pemerintah yang sudah ada untuk berkomitmen menurunkan angka stunting di Indonesia," ucapnya saat peluncuran gerakan #GenerasiMerdekaStunting yang digelar di kantor Walikota Jakarta Timur pada Rabu, 15 Juni 2022.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait