Di sisi lain Sang Raja Blambangan mendengar ada seorang pertapa di Gunung Selangu yang konon terkenal sakti.
Sang raja kemudian mengutus patihnya Bajulsengara untuk berangkat menemui pria yang dimaksud adalah Syeikh Maulana Ishak, ayah Sunan Giri di lereng Gunung Selangu.
Sang patih menyampaikan pesan kepada Maulana Ishak bahwa sang raja meminta pertolongan untuk mengobati putrinya Dewi Sekardadu.
Berhari-hari Patih Bajulsengara keluar masuk hutan, naik turun lembah dan bukit, tetapi belum juga bertemu dengan sang pertapa itu. Hingga suatu malam patih Bajulsengara melihat sinar yang terang dari kejauhan di puncak sebuah bukit di atas Gunung Selangu.
Susah payah Bajulsengara mencapai sumber cahaya itu. Namun saat sampai ke bukit dan dekat dengan sinar cahaya tersebut, tiba-tiba sinarnya menghilang. Tetapi di tempat itu Bajulsengara melihat ada seorang laki-laki tengah sujud di atas sajadah. Pakaiannya serba putih, dan setelah bangun dari sujud, orang itu pun duduk dengan kekhusyukan bertafakur.
Sang patih lantas menemui pria itu, dia menyampaikan perihal pesan dari Raja Blambangan untuk meminta tolong kepada Maulana Ishak menyembuhkan penyakit Dewi Sekardadu.
Maulana Ishak pun menyanggupi permintaan Patih Bajulsengara, namun dengan melampirkan satu syarat bila berhasil, yakni Prabu Menak Sembuyu atau Raja Blambangan harus memeluk agama islam.
Sang patih pun lantas menyanggupi dan meneruskan permintaan itu kepada sang raja di istana Blambangan. Mendengar persyaratan Maulana Ishak Raja Blambangan itu sebenarnya keberatan harus melepaskan agama lamanya, tetapi demi rasa sayangnya kepada putrinya tawaran itu disanggupinya.
Editor : M Mahfud