get app
inews
Aa Text
Read Next : Cegah Stroke Mematikan Perlu Rajin Pantau AFib, Apa Itu?

Dibilang Jangan Telat! Dalam 4,5 Jam 2 Juta Sel Otak Pasien Stroke Musnah

Rabu, 19 November 2025 | 12:53 WIB
header img
World Stroke Day 2025. Penanganan pasien stroke harus dilakukan secepat kilat. Jika telat ditangani hingga 4,5 jam dari serangan, maka sebanyak 2 juta sel otak akan musnah. Foto: Ist

JAKARTA, iNews Depok.id - Penanganan pasien stroke harus dilakukan secepat kilat. Jika telat ditangani hingga 4,5 jam dari serangan, maka sebanyak 2 juta sel otak akan musnah. 

Stroke adalah kejadian sangat berbahaya karena merusak sel otak secara signifikan. Statistik berbicara, penyebab utama kecacatan (11,2%) dan kematian (18,5%) di Indonesia. Biaya kesehatan juga sangat besar mencapai Rp5,2 triliun pada 2023.

Prevalensi stroke di Indonesia mencapai 8,3 per 1.000 penduduk. 

Kasus stroke tidak hanya meningkat, tetapi juga mulai menyerang usia muda dan produktif (30-40 tahun)

Terkait stroke, Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (Perdosni) Pusat dan Perdosni Cabang Denpasar menyelenggarakan World Stroke Day 13 - 16 November 2025.

Acara dengan tema ‘Menyatukan Advokasi dan Kesadaran Stroke untuk Mendorong Tindakan pada Stroke’ berlangsung di Kupang, NTT.

Kegiatan dihadiri Ketua Umum Perdosni, Dr. dr. Dodik Tugasworo, Sp.N (K), Gubernur NTT yang diwakili oleh Staf Ahli Gubernur NTT Bidang Kesejahteraan Rakyat, Ady Enderson Mandala, Wakil Bupati TTU Kamillus Elu, Ketua Umum Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) Mayjen TNI (Purn) Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.N, MARS, MH, Ketua Kolegium Neurologi Prof. Dr. dr. Syahrul Sp.N (K), dan Ketua Panitia Peringatan Hari Stroke 2025, dr. Yuliana Imelda Ora Adja, M. Biomed. Sp.N.

“Peringatan World Stroke Day dilakukan bergiliran oleh 31 cabang Perdosni, tujuannya untuk meningkatkan kepedulian dan kesadaran terhadap bahaya stroke. Tahun ini, puncak peringatan digelar di NTT, menjadi momentum penting memantik kepedulian terhadap penyakit stroke di wilayah Indonesia Timur,” kata dr. Dodik dalam sambutannya di acara World Stroke Day 2025 di Kupang, NTT. 

Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) fokus pada pencegahan dan penanganan prehospital hingga rumah sakit, menekankan pola hidup CERDIK (Cek kesehatan, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat, Istirahat cukup, Kelola stres). 

Sementara itu, Kolegium Neurologi berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan dan pemerataan dokter spesialis neurologi, khususnya di Indonesia Timur yang masih kekurangan (masih butuh 77 neurolog lagi) dan mendorong ketersediaan alat penunjang seperti cathlab.

Peringatan Hari Stroke Sedunia diisi dengan simposium, workshop, peluncuran Guideline Stroke Nasional, pelantikan Yastroki Cabang NTT, seminar awam, pemeriksaan kesehatan, dan senam pencegahan stroke.

Rekomendasi pencegahan stroke primer (belum pernah stroke) adalah aktivitas fisik intensitas sedang minimal 150 menit/minggu. Untuk pencegahan sekunder (pernah stroke) ditekankan aktivitas aerobik intensitas sedang minimal 4 kali seminggu, 10 menit per sesi, serta menghindari perilaku kurang gerak (sedentari).

Pencegahan dan deteksi dini adalah hal krusial. Dr. Dodik menekankan, “Kena stroke itu madesu (masa depan suram). Makanya preventif promotif menjadi hal penting. Mari kita bersama-sama perangi dan menekan insiden stroke agar otak sehat negara kuat.”

Lebih lanjut dia menyampaikan, diperingati setiap 29 Oktober, stroke merupakan masalah kesehatan serius di seluruh negara terutama di negara berkembang.

Stroke adalah penyakit yang mengancam jiwa karena apabila terjadi serangan stroke, setiap menit sebanyak 1,9 juta sel otak dapat mati. Penyakit pembuluh darah ini merupakan penyebab utama disabilitas (kecacatan) dan kematian nomor dua di dunia. 

Penangangan Stroke: Time is Brain

Butuh upaya bersama di tingkat nasional untuk edukasi dan pemberdayaan masyarakat, agar kecacatan dan kematian akibat stroke dapat dicegah. 

Dr. Dodik menambahkan, melalui kegiatan ini masyarakat diharapkan dapat mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan dalam mendeteksi faktor risiko, pencegahan stroke dan menjaga pola hidup sehat serta memperkuat komunikasi antar komunitas penyintas stroke dan keluarga atau pendamping.

Dr. Dodik menekankan, waktu menjadi hal krusial dalam penanganan pasien stroke dengan mempertimbangkan golden period pada stroke, yakni jeda waktu sejak onset awal kejadian stroke hingga pemberian obat injeksi (trombolisis) untuk menghancurkan sumbatan pada stroke iskemik (stroke sumbatan), yakni 4,5 jam. 

“Semakin singkat jeda waktu dari onset awal hingga pemberian trombolisis (kurang lebih 3 jam), efektivitas trombolisis akan semakin baik,” ujar Dr. Dodik seraya menekankan bahwa jeda waktu bukan dihitung dari sejak masuk RS sehingga kunci mencapai golden period adalah deteksi awal oleh setiap orang. “Secepatnya ke RS, segerakan dispatch dan delivery. Time is brain,” urainya.

Deteksi Dini dan Senam Stroke

Ketua Panitia Peringatan Hari Stroke 2025, dr. Yuliana Imelda Ora Adja, M. Biomed. Sp.N, menyampaikan sejumlah agenda yang dijalankan selama peringatan Hari Stroke 2025 Tingkat Nasional, yaitu simposium untuk tenaga kesehatan menampilkan berbagai pembicara yang mumpuni di bidangnya; lokakarya (workshop) untuk tenaga kesehatan; peluncuran Guideline Stroke Nasional, pelantikan Yayasan Stroke Indonesia Cabang Nusa Tenggara Timur; pelayanan pemeriksaan kesehatan dan faktor risiko stroke; seminar awam ‘Deteksi Dini Stroke’ dan senam pencegahan stroke.

Untuk diketahui, senam stroke adalah salah satu bentuk latihan fisik yang dapat memiliki berbagai variasi, dengan prinsip menggerakkan setiap otot dan sendi, dari leher, lengan, punggung, perut, panggul, hingga lutut dan kaki. “Manfaat aktivitas fisik, bukan hanya senam stroke, antara lain menstimulasi kerja saraf dan otot, melancarkan aliran darah, hingga efek sistemik seperti pencegahan hipertensi, diabetes, obesitas, serangan jantung dan stroke,” ujar dr. Yuliana.

Beberapa variasi senam stroke juga dikembangkan bertujuan untuk melatih koordinasi tubuh yang merangsang atau menstimulasi otak. “Aktivitas fisik perlu rutin dilakukan untuk mencegah serangan stroke, baik serangan pertama ataupun serangan berulang,” lanjut dr. Yuliana.

Adapun prinsip aktivitas fisik dari rekomendasi American Heart Association/American Stroke Association (AHA/ASA 2024) untuk pencegahan stroke primer (sebelumnya tidak pernah mengalami stroke), mencakup aktivitas fisik intensitas sedang minimal 150 menit/minggu atau intensitas berat minimal 75 menit/minggu, dan hindari perilaku sedentari (kurang gerak).

Lebih lanjut dr. Yuliana menyampaikan, prinsip aktivitas fisik dari rekomendasi AHA/ASA 2021 untuk pencegahan stroke sekunder (pernah mengalami stroke sebelumnya) adalah sebagai berikut:

1. Bagi penyintas stroke yang dapat melakukan aktivitas fisik, aktivitas fisik aerobik intensitas sedang dapat dilakukan selama minimal 4 kali seminggu, 10 menit per sesi, atau aktivitas fisik aerobik intensitas berat selama minimal 2 kali seminggu, 20 menit per sesi.

2. Bagi yang tidak dapat melakukan aktivitas fisik, konsultasi tenaga kesehatan terkait untuk regimen aktivitas fisik di luar rehabilitasi rutin. 

3. Hindari perilaku sedentari dengan berdiri atau aktivitas fisik ringan selama 3 menit setiap 30 menit. 

Terkait kelompok yang menjadi target edukasi, mencakup masyarakat umum (khususnya anggota masyarakat dengan risiko tinggi stroke), keluarga atau pendamping pasien stroke, tenaga kesehatan, organisasi sosial dan pemuda.

“Tak hanya edukasi, di acara ini Perdosni juga melakukan pemeriksaan tekanan darah, gula darah sewaktu, dan kolesterol total di ruang publik,” ujar dr. Yuliana.

Diharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih mengenal, mencegah, dan merespons stroke secara tepat demi menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat stroke di Provinsi NTT.

Dukungan Yayasan Stroke Indonesia dan Kolegium Neurologi

Ketua Umum Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), Mayjen TNI (Purn) Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.N, MARS, MH, yang hadir di acara World Stroke Day 2025 di Kupang, menyampaikan dukungan atas upaya peningkatan kepedulian terhadap stroke di wilayah Indonesia Timur. Bersamaan dengan peringatan itu juga dilantik Yayasan Stroke Indonesia Cabang NTT. 

Menurutnya, stroke adalah bencana kehidupan yang membuat ‘mati kehidupan’ penderitanya. “Saat terkena stroke, pekerjaan dan kehidupan sosial otomatis putus. Dalam keluarga juga demikian, perekonomian bisa suram jika yang terkena stroke adalah tulang punggung keluarga,” ujarnya.

“Yastroki bermitra dan selaras dengan Perdosni. Kami mencermati pada penanganan stroke penting menyelaraskan penanganan dari prehospital/komunitas hingga ke rumah sakit. Dalam hal ini mestinya tidak ada celah/jeda dari masyarakat yang terkena stroke, agar penanganan lebih optimal,” ujar Dr. Tugas seraya menambahkan saat ini Yastroki memiliki 17 cabang di seluruh wilayah Indonesia, diharapkan ke depannya setiap provinsi ada perwakilan cabang. 

Yastroki meyakini dengan penanganan prehospital tidak terputus sampai ke RS pada pasien stroke, peluang kesembuhan besar, dan penderita cepat pulih, bisa kembali ke masyarakat. 

“Itulah alasan agar orang yang terkena stroke selekasnya dibawa ke RS, setidaknya dua jam sejak serangan harus sudah masuk rumah sakit. Stroke sumbatan jika dalam dua jam bisa ditangani di RS dengan membuka pembuluh darah (trombolisis), pasien bisa pulih lagi,” terang Dr. Tugas.

Di sisi lain, tak kalah penting adalah mencegah agar jangan sampai stroke. “Kami di Yastroki benar-benar ingin menurunkan kejadian stroke dengan pencegahan. Masyarakat perlu memahami hal ini, antara lain dengan melakukan pola hidup CERDIK seperti yang digaungkan Kemenkes, yaitu C=Cek kesehatan secara berkala, E= Enyahkan asap rokok, R= Rajin aktivitas fisik, D= Diet sehat dengan kalori seimbang, I= Istirahat cukup dan K= Kelola stres. Dan selalu ingat, stroke bisa dicegah, diobati dan dipulihkan,” tandasnya. 

Di acara yang sama, Ketua Kolegium Neurologi Prof. Dr. dr. Syahrul Sp.N (K) menyampaikan, Kolegium Neurologi memiliki peran penting, yakni menjaga kualitas mutu Pusat Pendidikan Neurologi. Saat ini ada 19 Pusat Pendidikan Neurologi, satu berbasis RS, yaitu Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta, dan 18 berbasis Universitas. 

Indonesia Timur saat ini menjadi fokus pemerataan dokter spesialis neurologi. Dia mengakui neurolog di Indonesia Timur, termasuk NTT, masih kurang. “Sekarang neurolog NTT ada 22 orang. Agar persebaran dan rasionya merata, masih butuh 77 neurolog lagi. Kita berharap putra daerah yang menjalani PPDS Neurologi bisa kembali ke NTT dan menetap di sana,” ujar Prof Syahrul.

“Mudah-mudahan dokter umum di NTT bisa mengikuti PPDS 8 semester, kemudian kembali ke NTT. Hal ini bisa terwujud jika ada dukungan dari Pemprov/Pemkab. Dengan demikian diharapkan sumber daya NTT bisa meningkat secara kuantitas dan kualitas,” imbuhnya. 

Prof Syahrul juga mendorong adanya dokter spesialis neurologi neurointervensi yang memiliki subspesialisasi dalam prosedur medis minimal invasif untuk mendiagnosis dan mengobati gangguan pada sistem saraf pusat, seperti stroke dan aneurisma. 

Neurointervensi berfokus pada penanganan di otak dan sumsum tulang belakang, terutama yang melibatkan pembuluh darah, menggunakan teknik seperti kateterisasi, embolisasi, atau trombektomi. 

Editor : M Mahfud

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut