Memperkuat Jalinan Emas: Kolaborasi ASEAN-Jepang di Tengah Ketidakpastian Global
JAKARTA, iNews Depok.id - Di tengah lanskap ekonomi global yang bergejolak, diwarnai risiko geopolitik, konflik militer, bencana alam, dan kebijakan perdagangan proteksionistik, kemitraan strategis antara ASEAN dan Jepang menjadi semakin krusial.
Bukan hanya sekadar hubungan bilateral, namun sebuah jalinan emas yang telah terjalin erat selama 50 tahun, kini menjadi kunci untuk membentuk ASEAN sebagai pusat rantai pasok global yang menarik dan tangguh.
ASEAN: Pusat Gravitasi Ekonomi yang Berharga
Dari perspektif bisnis, Jepang memandang ASEAN sebagai entitas yang sangat berharga untuk perbaikan dan pengembangan perusahaan mereka.
Dengan PDB gabungan lebih dari USD 3,92 triliun, populasi lebih dari 680 juta yang terus tumbuh, serta kemajuan pesat dalam transisi digital dan hijau, ASEAN menawarkan pasar yang dinamis dan kemampuan produksi yang tak tertandingi bagi perusahaan Jepang.
Integrasi yang mendalam dan agenda komprehensif ASEAN terus membuka peluang ekstensif bagi bisnis untuk berkembang dan berinvestasi dalam jangka panjang.
Namun, bagi ASEAN sendiri, perjalanan menuju ekonomi yang terintegrasi sepenuhnya, masih panjang. Banyak hal yang perlu dibangun dan diperkuat untuk mencapai potensi penuhnya. Di sinilah kemitraan dengan Jepang menjadi sangat vital.
Investasi Pengetahuan dan Teknologi
Presiden JETRO (Organisasi Perdagangan Eksternal Jepang), Kataoka, menegaskan bahwa penting bagi Jepang dan ASEAN untuk berbagi arah dan tujuan yang sama, serta secara bersama-sama memilih tindakan untuk mencapainya.
Dalam dialog ke-17 antara Sekretaris Jenderal ASEAN dan Federasi Kamar Dagang dan Industri Jepang di ASEAN (FJCCIA) pada Selasa, 29 Juli 2025 di Kantor Pusat ASEAN Jakarta, Wakabayashi Koichi, Ketua FJCCIA dan Ketua Kamar Dagang dan Industri Jepang di Vietnam (JCCIVN), menyuarakan kekhawatiran bahwa "Modal ditambah Pekerjaan" saja tidak cukup bagi ASEAN untuk mengatasi jebakan pendapatan menengah. Sebaliknya, yang dibutuhkan adalah model yang mencakup "Teknologi dan Pengetahuan" sebagai komponen esensial untuk pembangunan berkelanjutan.
Perusahaan-perusahaan Jepang yang berinvestasi di ASEAN selama lebih dari lima dekade telah berkontribusi bukan hanya dalam hal modal, tetapi juga keahlian, inovasi, dan pengembangan sumber daya manusia.
Mereka menawarkan dua jenis pengembangan yang saling melengkapi: pengembangan sumber daya manusia berkualitas tinggi serta dukungan industri, dan promosi industri berteknologi tinggi di kawasan ini.
FJCCIA: Suara Bisnis Jepang di ASEAN
FJCCIA, sebagai federasi kamar dagang Jepang terbesar di ASEAN dengan 7.304 perusahaan anggota per Juni 2025, memainkan peran instrumental dalam memperkuat dialog yang dinamis antara komunitas bisnis Jepang dan ASEAN.
Sejak 2008, FJCCIA secara konsisten mengadakan dialog tahunan dengan Sekretaris Jenderal ASEAN, menjadi mekanisme penting untuk mengumpulkan masukan dari perusahaan Jepang di seluruh Asia dan mengoordinasikan upaya untuk memahami pandangan mereka.
Dalam dialog terbaru, FJCCIA menyampaikan rekomendasi yang disusun berdasarkan empat pilar utama, selaras dengan “Rencana Strategis AEC (2026–2030)”:
Rantai Pasok yang Tangguh: Meminimalisir pembatasan perdagangan dan non-tarif, memperkuat langkah-langkah melawan perdagangan ilegal, meningkatkan proses logistik, serta mengembangkan konektivitas melalui standar harmonis dan logistik yang efisien.
Ekonomi Hijau dan Keberlanjutan: Mendorong ASEAN untuk menetapkan standar yang jelas, insentif, dan mekanisme penetapan harga karbon untuk mempercepat investasi hijau, serta memfasilitasi perdagangan energi terbarukan.
Ekonomi Digital, Inovasi, dan Teknologi Baru: Mempromosikan e-government dan e-layanan, tata kelola data yang tepat, serta implementasi aktif tindakan penanggulangan barang palsu di platform e-commerce.
ASEAN yang Inklusif: Mendukung pengembangan sumber daya manusia, mobilitas pekerja antar-regional, dan kebijakan yang mendukung lingkungan bisnis yang adil dan terbuka.
Kolaborasi Strategis untuk Masa Depan
JETRO, sebagai koordinator dialog ini, siap memfasilitasi dan mendukung implementasi dialog swasta-swasta untuk sektor-sektor kunci di negara-negara ASEAN lainnya. Inisiatif seperti diskusi antara pemerintah Jepang dan Thailand bersama sektor swasta kedua negara untuk memperkuat kerja sama di sektor otomotif, termasuk pelatihan generasi masa depan, menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi ini dapat membangun jaringan perusahaan yang lebih tangguh dan terdekarbonisasi.
Dengan adanya tantangan seperti ketidakpastian geopolitik, konflik, dan kebijakan proteksionis yang memengaruhi keputusan ekonomi, nilai dari kesepakatan yang terpercaya tidak pernah sepenting ini.
Jepang, sebagai salah satu mitra dagang dan FDI terbesar bagi ASEAN, dengan perdagangan bilateral mencapai USD 36,63 miliar dan total FDI sekitar USD 17,5 miliar, menegaskan komitmennya untuk terus mendukung ASEAN dalam mengembangkan lingkungan bisnis yang terbuka, stabil, dan kondusif bagi investasi.
Dialog yang terus-menerus ini sangat penting karena memungkinkan kita mendengar langsung dari komunitas bisnis, terutama dari Jepang, yang beroperasi di seluruh ASEAN. Pemahaman dari FJCCIA tidak hanya membahas masalah tetapi juga berusaha membantu dalam merancang kebijakan yang responsif, tepat sasaran, dan efektif. Ini memberikan pengertian real-time tentang lanskap bisnis dan memungkinkan ASEAN untuk lebih baik memenuhi kebutuhan mitranya.
Melalui kemitraan yang kuat ini, ASEAN dan Jepang tidak hanya mengatasi tantangan saat ini tetapi juga bersama-sama membangun masa depan yang lebih sejahtera dan tangguh di tengah ketidakpastian global.
Editor : M Mahfud