get app
inews
Aa Text
Read Next : Teknologi Baru Proteksi Kebakaran Pasif Ini Diluncurkan di Indonesia

Aneh! Hujan Deras Recoki Puncak Musim Kemarau dan Sebabkan Bencana, Ini Penjelasan BMKG

Minggu, 13 Juli 2025 | 10:40 WIB
header img
Hujan deras masih masih terjadi dan recoki puncak musim kemarau yang menyebabkan bencana hidrologis. Fenomena aneh ini dijelaskan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Foto: iNews Depok/Mada Mahfud

DEPOK, iNews Depok.id – Hujan deras masih masih terjadi dan recoki puncak musim kemarau yang menyebabkan bencana hidrologis. Fenomena aneh ini dijelaskan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Musim kemarau di Indonesia normalnya terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus. Puncak kemarau terjadi pada bulan Juli dan Agustus.

Namun justru di puncak musim kemarau di bulan Juli ini, terjadi hujan deras yang berakibat banjir di sejumlah wilayah termasuk di Depok, Bogor, Jakarta, Bekasi dan Tangerang.

Seperti dikutip iNews Depok, Minggu (13/7/2025) BMKG menyebut pada akhir bulan Juni, baru sekitar 30 persen wilaya Indonesia yang benar-benar memasuki musim kemarau.

Bukan hanya itu, sebagian besar wilayah termasuk di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua justru berisiko tinggi dengan ujan lebat disertai petir dan angin kencang.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengungkapkan terjadi fenomena cuaca ekstrem dengan masih adanya hujan deras di puncak musim kemarau.

”Dinamika atmosfer yang kompleks masih memicu terbentuknya awan-awan konvektif penyebab hujan deras,” ceplos Dwikorita.

Awan konvektif penyebab hujan deras terjadi akibat gelombang ekuatorial Rossby dan Kelvin, zona konvergensi dan pertemuan angin, serta potensi sirkulasi siklonik di sekitar Samudra Hindia dan Pasifik/

”Ini yang terus mendorong pembentukan awan hujan dalam skala luas,” papar Dwikorita.

Dwikorita mencatat intensitas hujan yang signifikan telah tercatat di sejumlah wilayah. Pada 9 Juli, hujan harian di atas 50 mm terjadi di Nabire dan Kalimantan Barat.

Pada 8 Juli, hujan sangat lebat tercatat di Papua Barat, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Maluku, dan Papua.

”Hujan sangat lebat menyebabkan bencana hidrometeorologis seperti banjir, tanah longsor, genangan air, pohon tumbang, hingga kerusakan infrastruktur,” ujar Dwikorita.

Bagaimana dalam sepekan ke depan? Dwikorita menyebut cuaca ekstrem masih akan terjadi. Hujan lebat berisiko terjadi di berbagai wilayah, termasuk Aceh, Sumatera Utara, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.

Tak hanya hujan lebat, angin kencang juga mengiringi dari barat hingga timur Indonesia.  Di lautan, kecepatan angin lebih dari 25 knot diprediksi akan memicu gelombang tinggi di beberapa perairan seperti Perairan Utara Aceh, Laut Cina Selatan, Laut Natuna Utara, Laut Jawa bagian timur, Laut Flores, Laut Arafuru, Laut Timor, Laut Banda, Laut Seram, Samudera Pasifik sebelah utara Maluku Utara, dan serta Samudera Hindia sebelah barat daya Banten, sebelah selatan Jawa, dan sebelah selatan NTT.

Editor : M Mahfud

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut