Dari PHK Hingga Kemacetan: Depok Fokus Tata Hati, Bukan Hanya Tata Kota
DEPOK, iNews Depok.id - Dunia sedang mengalami perubahan atau transformasi di era distruption. Salah satu dampaknya adalah gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Ini menjadi tantangan yang makin berat termasuk di Kota Depok. Lalu bagaimana agar Kota Depok tetap menjadi harapan jutaan orang, tempat belajar, bekerja, tumbuh, dan bermimpi?
Sebuah kota akan dikenang bukan hanya dari tingginya gedung atau panjangnya jalan tol, tapi juga dari budaya nilai yang hidup dalam masyarakatnya. Dari kualitas sekolah dan keluarga, dari adab generasinya, dari semangat melayani dalam pemerintahannya.
Sebagaimana dikatakan Malik bin Nabi, pemikir Aljazair: “Suatu bangsa hanya akan bangkit jika mampu membangun budaya yang menopang peradaban.”
Budaya peradaban unggul tidak lahir dari slogan, tapi dari kesungguhan membina manusia, melalui pendidikan yang membentuk akhlak, pelayanan publik yang berkeadaban, dan kepemimpinan yang bertumpu pada nilai, bukan sekadar angka.
Ibnu Khaldun, sejarawan Muslim abad ke-14, mengingatkan: “Peradaban akan runtuh bukan karena diserang musuh, tetapi ketika masyarakatnya kehilangan moral dan semangat kolektif.”
Hari ini kita melihat tantangan nyata di Depok, kesenjangan pendidikan, kemacetan, polusi, dan krisis nilai di ruang publik. Tapi justru di titik inilah perlu menjadikan "budaya peradaban" sebagai fondasi kebijakan dan gerakan sosial.
Peradaban unggul hanya akan tumbuh bila: keluarga jadi pusat pendidikan nilai, sekolah membina adab dan ilmu secara seimbang, pemerintah hadir melayani dengan integritas, dan rakyat bergerak bersama membangun ruang publik yang sehat dan beradab.
Depok hari ini membutuhkan arah. Bukan sekadar pembangunan fisik, tapi pembangunan budaya. Bukan sekadar tata kota, tapi juga tata hati.
Editor : M Mahfud