Kisah Warga Depok Menanti Lailatul Qadr di Kampung Maghfirah di Kaki Gunung Pangrango

BOGOR, iNews Depok.id - 800 jemaah dari berbagai penjuru Indonesia termasuk dari Depok datang ke Masjid I'tikaf di Kaki Gunung Pangrango, Caringin, Bogor.
Malam Lailatul Qadr adalah malam yang lebih indah dari seribu bulan, dengan limpahan segenap pahala. Lailatul Qadr diyakini datang pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
Begitu banyaknya limpahan berkah dari Allah SWT, tak heran kaum Muslimin akan zikir pada malam di 10 hari terakhir Ramadhan.
Itu terlihat di Kampung Maghfirah di kaki Gunung Pangrango, Caringin, Bogor. Sekitar 800 orang berdatangan dari Depok, Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Bandung, dan dari berbagai penjuru seperti Padang, Palembang, Bengkulu, Kalimantan, Aceh, Kupang dan Papua.
Keberadaan Masjid I'tikaf yang nyaman, tenang dan sejuk karena di kaki gunung, membuat para jemaah bisa fokus beribadah.
“Masjidnya nyaman, bersih dan tenang," kata Hobi, jemaah asal Depok yang sudah 4 tahun terakhir beriktikaf di Kampung Maghfiroh saat bulan Ramadan.
Tak hanya itu, keberadaan guru dan imam shalat dengan bacaan yang merdu seperti di Masjidil Haram, membuat peserta makin tersentuh hingga ibadah pun makin fokus.
"Tak terasa pipi ini air mata berlinang air mata, tersentuh ayat-ayat Al Quran yang dibacakan para imam shalat," imbuh Yobi.
Hal senada disampaikan Rasyid yang juga ber’itikaf selama 4 tahun terakhir di Kampung Maghfiroh.
Salah satu momen yang membuatnya terkenang adalah doa yang sangat dalam dan menyentuh kalbu.
"Kami dengan khusyuk bermunajat di waktu mustajab, berharap semoga doa-doa terbaik kami dikabulkan Allah," kata mantan presenter berita MetroTV ini.
Peserta iktikaf betah berlama-lama dengan keberadaan fasiltas yang cukup memadai seperti kasur, bantal dan selimut untuk jamaah beristirahat.
Sarana kebersihan seperti toilet yang bersih dan air hangat untuk keperluan mandi juga tersedia.
Sementara pada sahur dan berbuka puasa, terdapat menu nusantara yang khas dan lezat.
Untuk menjaga kesehatan para peserta, panitia juga mensiagakan tenaga dokter dan tenaga kesehatan yang mendampingi peserta selama beri’tikaf.
Para peserta bersyukur karena dapat mengisi waktu i’tikaf dengan terbimbing dan terlayani dengan baik.
Sisa waktu Ramadan seakan tak terbuang sia-sia karena jadwal yang ketat diisi dengan ibadah wajib dan sunnah seperti sholat wajib 5 waktu, puasa, tadarus Al-Qur’an. Sholat sunah yang terjaga dan terbimbing.
Ustadz Isymal, ketua panitia i’tikaf menjelaskan dalam sehari sekurangnya 5 juz seluruh peserta membaca Al-Qur’an secara bersama sama.
“Kita Sholat tarawih 1 juz, tahadjut 1 juz dan tadarus Al-Qu’an 3 juz, itu diluar membaca Al-Qur’an yang menjadi target pribadi setiap peserta.“ tutur Isymal.
“Disini, paling tidak jama’ah bisa khatam Al-Qur’an sebanyak 5 kali atau lebih dalam 10 hari terakhir ini.” Pungkas Ustadz Lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan Islam ini.
Diantara waktu i’tikaf para peserta juga mendapatkam materi keislaman seperti tadabbur Al-Qur’an, fikih, hadits, sejarah, tafsir, dan materi parenting yang dibimbing oleh para masyaikh seperti Syekh Riyadh, seorang Doktor ahli fikih asal Suriah, Syekh Ali seorang doktor pakar akidah lulusan Madinah, DR Ahmad Hatta, M.A founder dan pembina Kampung Maghfirah, dan para asatidzah praktisi dan spesialis parenting seperti Ustadz Deka Kurniawan, Ustadz Bendri Jaysurohman , Ayah Irwan dan Bunda Ely Risman.
DR. Ahmad Hatta, Ustadz kelahiran Palembang 1969 adalah lulusan Pesantren Gontor dan Madinah University.
Ia membangun Kampung Maghfirah pada tahun 2016 . Kampung Maghfirah menjadi kawan pendidikan Islam terpadu untuk segala usia dari anak-anak hingga orang tua.
Disini telah berdiri Maghfirah Islamic Leadership Boarding School (MILBoS) dan Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan Islam (STIPI) yang mencetak kader guru.
Selain sekolah di kawasan ini juga berdiri Masjid I’tikaf yang menjadi sentra kegiatan dakwah dan pendidikan Islam.
Editor : M Mahfud