DEPOK, iNews.id - Alat medis yang digunakan di rumah sakit di Indonesia tidak kalah canggih dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
Menurut Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, peralatan kesehatan di rumah sakit Indonesia sudah sebanding dengan yang ada di negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia.
BACA JUGA:
Lakukan Berkumur di Pangkal Tenggorok untuk Cegah Infeksi Saluran Napas, Berikut Caranya
Bahkan, jelas Prof. Ari, alat-alat medis yang masuk ke Indonesia sama dengan yang berada di luar negeri dan beberapa rumah sakit juga sudah memiliki peralatan berteknologi terkini.
"Kadang-kadang ketika orang bilang di Singapura lebih baik, saya bilang nggak lah. Ketika teknologi ini datang, teknologi di Singapura dan Malaysia juga baru datang, jadi jangan bilang kalau rumah sakit di Indonesia itu alatnya ketinggalan," ujar Prof. Ari, dalam jumpa pers di RSUI, Depok, Jawa Barat, Jumat (18/3/2022).
Prof. Ari menjelaskan dalam menerima teknologi terbaru untuk bidang medis ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurutnya, setidaknya ada tiga hal utama yang harus jadi bahan pertimbangan.
BACA JUGA:
Solusi Atasi Nyeri secara Mandiri di Tengah Pandemi
Pertama, kalau bicara soal teknologi maka tentu hal pertamanya adalah soal keamanan.
Kedua, penggunaannya yang sederhana. Ketiga, terlibat dalam risetnya.
Menurut Prof. Ari, para dokter di Indonesia biasanya terlibat dalam riset-riset dari teknologi terbaru di bidang medis.
Salah satu teknologi di bidang kesehatan adalah mobile digital X-ray dengan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), yakni FDR Nano.
Penggunaan AI dalam bidang teknologi, kata Prof. Ari, sangat membantu para dokter untuk penegakan diagnosis. Terlebih lagi jika terdapat diagnosis sebelumnya yang telah tersimpan.
Menurutnya AI ini akan memudahkan seseorang dokter dalam penegakan diagnosis. Karena ketika gambar ini muncul dan langsung di-screen oleh data sebelumnya, maka akan muncul ini kemungkinannya apa.
“Saya sebagai seorang endoskopi saya juga suka buka buku untuk mencocokkan ini, tapi karena sudah ada teknologi ini jadi lebih mudah," ungkap Prof. Ari.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani