get app
inews
Aa Text
Read Next : BREAKING NEWS Jimly Asshiddiqie Bicara soal Ijazah Jokowi di Lemdiklat Polri, Begini Pendapatnya

Budayawan: Indonesia Dibuat Jadi Model Kerajaan Jawa, Bukan Republik Tulen

Senin, 14 Maret 2022 | 19:20 WIB
header img
Budayawan Betawi JJ Rizal. Sumber: Twitter

JAKARTA, iNews.id - Budayawan Betawi JJ Rizal mengkritik cara-cara pemerintahan Jokowi mengelola negara, karena dianggap justru membawa Indonesia ke arah model kerajaan Jawa, bukan republik tulen.

Hal itu ia katakan, Senin (14/3/2022), bertepatan dengan ritual Kendi Nusantara yang diselenggarakan pemerintahan Jokowi di titik nol lokasi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

"Indonesia dibuat terus jadi model kerajaan Jawa, tumbuh bukan jadi republik tulen, melainkan republik keraton yang penuh teater, eksistensinya ditentukan drama-drama, upacara-upacara, simbol-simbol spektakuler untuk nutupin kegagalan jadi negara modern en suatu krisis," kata Rizal melalui akun Twitter-nya, @JJRizal.


Foto: tangkapan layar

Seperti diketahui, pemerintahan Jokowi sejak periode pertama (2014-2019) dan kini di periode kedua yang baru setengah jalan (2019-2024), dapat dianggap sebagai pemerintahan yang sarat dengan kegaduhan akibat kemunculan berbagai kejadian, seperti dikotomi atau terbelahnya masyarakat menjadi kubu cebong yang merupakan kubu pendukung pemerintah, dan kubu kampret alias kandrun yang merupakan kubu oposisi.

Selain itu, kegaduhan muncul akibat banyaknya ulama yang dipenjarakan; munculnya stigma Islam sebagai agama radikal dan intoleran; hukum yang tumpul ke pendukung, tapi tajam ke oposisi, terutama ke umat Islam; penerbitan Omnibus Law UU Cipta Kerja, revisi UU KPK dan UU Minerba yang dikritik masyarakat; dan banyak kejadian lain.

Kejadian-kejadian itu bukan sesuatu yang tidak disengaja, karena untuk dikotomi masyarakat misalnya, pembelahan terjadi di media sosial, di mana di kubu cebong terdapat buzzer yang dikelola oleh sosok yang disebut Kakak Pembina, dan para buzzer itu digaji dengan anggaran dari APBN.

Selama menjadi presiden, Jokowi juga terkesan lebih sibuk dengan acara seremonial dibanding menyelesaikan masalah bangsa sebagaimana yang terjadi hari ini, Senin (14/3/2022), di mana rakyat di berbagai daerah antre minyak goreng akibat kelangkaan komoditi itu, Jokowi justru sibuk melakukan acara seremonial bertajuk 'Kendi Nusantara" yang melibatkan seluruh gubernur dari 34 provinsi, dan di dalam acara itu terdapat simbol-simbol yang berbau klenik.

Pasalnya, dalam ritual Kendi Nusantara itu setiap gubernur dari 34 provinsi membawa tanah dan air dari daerahnya masing-masing. Di hadapan Presiden Jokowi, air dan tanah itu kemudian secara bergantian dituangkan ke dalam gentong besar.

Ritual ini disebut-sebut sebagai simbol penyatuan tanah dan air di seluruh Indonesia di lokasi pembangunan IKN Nusantara, sehingga dengan begitu diharapkan pembangunan IKN yang menelan anggaran Rp400 triliun lebih, dapat lancar dan terlaksana dengan baik.


Jokowi melempar bingkisan dari dalam mobil. Foto: Int

Yang fenomenal barangkali kebiasaan Jokowi memberikan bantuan atau bingkisan kepada rakyatnya dengan cara dilempar dari dalam mobil yang melaju.

Menurut pakar sosiopolitik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun kepada Tempo pada September 2021 lalu, memberi hadiah dengan cara dilempar ada dalam tradisi Jawa Pantura yang dikenal dengan nama surakan atau sering disebut pula saweran.

Dalam tradisi itu, penyelenggara hajatan biasanya akan melempar uang kertas atau koin sebagai simbol untuk membuang sial, tetapi Ubedilah menganggap aneh jika Presiden Jokowi melakukan surakan karena berarti dia mengakui sedang membuang sial.

Meski demikian Ubedilah juga mengatakan kalau  sesuai sejarah sosiologis, apa yang dilakukan Jokowi sepertinya meniru pemimpin era kolonial Belanda yang sering melempar-lempar uang kepada rakyat jelata untuk mempertegas perbedaan kasta bahwa pemimpin tak setara dengan rakyat.

Simbol yang paling fenomenal juga muncul dari Kementerian Agama dengan logo Halal yang dirilisnya yang berbentuk gunungan wayang.

Meski mengklaim huruf-huruf Halal dalam logo itu berasal dari huruf arab Ha, Lam alif dan Lam, tetap susunannya yang dibuat dengan teknik kaligrafi sama sekali tidak terbaca "Halal",  bahkan desainnya sangat nyata berbentuk Gunungan Wayang, sehingga banyak kalangan menganggap bahwa logo itu merupakan simbol Jawasentris dari Kemenag yang merupakan salah satu organ pemerintah.

 

Editor : Rohman

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut