JAKARTA, iNews Depok.id - Kasus Miftah Maulana Habiburrahman atau yang dikenal dengan Gus Miftah tak hanya menjadi pembahasan masyarakat Indonesia, tetapi bahkan turut disorot Perdana Menteri (PM) Malaysia, Anwar Ibrahim. Anggota Komisi VIII DPR RI Selly Andriany Gantina pun mengingatkan Gus Miftah punya tanggung jawab dengan status yang disandangnya.
“Kasus Gus Miftah yang menjadi perhatian publik ini harus menjadi evaluasi dan pembelajaran,” kata Selly Andriany Gantina, Jumat (6/12/2024).
Seperti diketahui, video Gus Miftah saat sedang berdakwah viral di media sosial. Sebab dalam acara itu, Gus Miftah mengolok-olok dan menghina seorang pedagang es teh yang sedang menjajakan barang jualannya di tengah jamaah yang hadir.
Kepada penjual es teh yang belakangan diketahui bernama Sunhaji, Gus Miftah mengatakan untuk terus berjualan saat dagangannya belum banyak laku, dan jika tidak laku juga, ia mengatakan hal tersebut adalah takdir.
Namun Gus Miftah menambahkan umpatan dalam pernyataannya dengan tujuan sebagai bahan candaan sehingga para jamaahnya tertawa.
Selly memahami bahwa Gus Miftah sebenarnya ingin menyampaikan bahwa doa saja tidak cukup, tapi harapan harus juga diiringi dengan usaha maksimal dan doa terhadap Sang Pencipta yang pasti akan dikabulkan meski dalam bentuk lain.
“Meski demikian kata-kata Gus Miftah cenderung sangat sarkas karena mengandung kata-kata kasar,” ungkap Legislator dari Dapil Jawa Barat VIII itu.
Selly berharap ke depan Gus Miftah dapat memperbaiki gaya berdakwahnya agar tidak melukai perasaan orang lain, sekalipun maksudnya adalah hanya ingin bercanda dan menghidupkan suasana.
Apalagi Gus Miftah saat ini juga mengemban tugas khusus dari Presiden Prabowo Subianto sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.
“Suka atau tidak suka, sebagai Utusan Khusus Presiden, ada pesan moral dan fungsional yang melekat padanya. Di dalamnya terdapat mandat bagaimana beliau memfasilitasi kerukunan umat beragama,” jelas Selly.
“Catatan untuk beliau, kerukunan bukan hanya antar umat beragama saja, tapi juga antar kelas ekonomi. Di beberapa case konflik atas nama agama, justru penyebab utamanya adalah masalah konflik kepentingan kelas ekonomi,” sambungnya.
Selly menyebut, ceramah-ceramah candaan satir seperti yang disampaikan Gus Miftah ke bakul es teh memang sebenarnya lumrah terjadi di masyarakat. Namun dalam konteks Gus Miftah ini, pihak yang dijadikan candaan subjeknya hadir dan tampak jelas sehingga sangat mempertontonkan jarak kelas sosial.
“Gus Miftah sebagai pendakwah kondang dan utusan khusus presiden berada di atas panggung, sementara di sisi lain penjual es yang hanya bermodalkan kayu nampan di atasnya terdapat minuman di kerumunan jamaah. Tapi bukannya kemudian dibeli itu es, justru diolok-olok sembari membawa pesan tasawuf,” papar Selly.
Anggota Komisi di DPR yang memiliki ruang lingkup kerja bidang keagamaan dan sosial ini pun menilai wajar apabila muncul desakan dari publik agar Presiden Prabowo mengevaluasi Gus Miftah dari jabatannya.
Hanya saja, Selly menyebut semua itu harus berpulang kepada Presiden Prabowo yang memutuskan mengangkat Gus Miftah sebagai perwakilannya di bidang toleransi.
“Terkait desakan untuk mengevalusi terhadap Gus Miftah, saya kira itu wajar wajar saja. Tapi, ingat kita juga jangan reaktif dan tak sadar diri sebagaimana Gus Miftah yang lupa dalam dirinya menempel lebel negara,” terang mantan Wakil Bupati Cirebon tersebut.
Selly mengajak publik untuk cermat dalam melihat konteks kasus Gus Miftah yang mengilustrasikan pedagang es di kerumunan jamaah dan dunia entertain ceramah yang penuh dengan hiburan meski terkadang lebih banyak candaannya daripada pesan-pesannya.
“Kita juga tidak mau becanda dalam mendesak dan mengevalusi posisi Gus Miftah, karena butuh pertimbangan matang dan progres report tugas beliau sebagai Utusan Presiden,” sebut Selly.
“Ya kita sesalkan ya peristiwa ini menambah daftar kekurangan Indonesia di mata dunia internasional. Kita berharap, Indonesia dikenal dari prestasi dan hal-hal positif lain,” imbuhnya.
Sebagai informasi, sejumlah media massa di Malaysia ramai-ramai memberitakan di portal hingga platform sosial media mereka tentang pernyataan Gus Miftah terhadap penjual es teh Sunhaji. Bahkan PM Malaysia Anwar Ibrahim turut membahas kasus Gus Miftah ini saat acara bersama jajaran kementerian di Malaysia.
PM Anwar Ibrahim menyebut insiden Gus Miftah mengolok-olok pedagang menjadi satu contoh pengalaman bahwa kesombongan, kadang-kadang bukan saja terjadi di kalangan orang yang tidak tahu agama. Ia mengatakan kesombongan juga bisa datang dari orang yang paham agama, dan ia menilai apa yang dilakukan Gus Miftah sebagai bentuk penghinaan.
“Kalau sampai pimpinan negara lain turut menyoroti, ini betul-betul menjadi sebuah tamparan buat kita bersama. Bahwa Indonesia masih harus banyak memperbaiki diri dalam hal-hal berkenaan dengan toleransi,” tutup Selly.
Editor : M Mahfud