get app
inews
Aa Text
Read Next : YKI Gelar "Run for Healthy Lungs" Ajak Masyarakat Deteksi Dini Kanker Paru

November, Bulan Peduli Kanker Lambung: Begini Panduan Nutrisi Mencegahnya

Kamis, 21 November 2024 | 13:44 WIB
header img
Ki-ka: dr. Anna Mira Lubis, SpPD, KHOM., dr. Siti Annisa Nuhonni, Sp.KFR (K), Dr. dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK(K), dan dr. Pratiwi Astar (Humas YKI). Foto: Novi

JAKARTA, iNews Depok.id - Kanker lambung, penyakit yang sering dianggap sepele karena gejalanya mirip dengan maag, ternyata menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia. 

Dalam rangka Bulan Kesadaran Kanker Perut atau Kanker Lambung yang diperingati setiap November, pada Rabu, 20 November 2024 bertempat di Aula Masjid At-Taqwa Sriwijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) menyelenggarakan diskusi tentang kanker perut dan nutrisi sehat untuk pencegahannya.

Acara yang dihadiri sekitar 300 peserta dari berbagai komunitas ini menekankan pentingnya mengonsumsi makanan sehat sebagai benteng pencegahan kanker lambung.

Ajang edukatif tentang kanker perut dan nutrisi sehat untuk pencegahan kanker ini didukung oleh program “Dedikasi Untuk Negeri” dari Bank Indonesia, sebagai upaya meningkatkan kesehatan masyarakat yang akan memengaruhi daya saing dan produktivitas tenaga kerja yang pada akhirnya dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.

Global Observatory on Cancer (GLOBOCAN) tahun 2022, menyebutkan, di Indonesia terdapat 3.852 kasus baru kanker lambung dengan sebanyak 3.852 jumlah kematian.

Tingginya jumlah kasus dan kematian, menandakan pentingnya pengendalian faktor risiko kanker lambung sebagai upaya pencegahan, khususnya melalui asupan makanan yang dikonsumsi.


Ketua Bidang Pelayanan Sosial Yayasan Kanker Indonesia, dr. Siti Annisa Nuhonni, Sp.KFR (K). Foto: Ist

 

Ketua Bidang Pelayanan Sosial Yayasan Kanker Indonesia, dr. Siti Annisa Nuhonni, Sp.KFR (K), mengatakan, “Kanker Perut atau Kanker Lambung jarang dibicarakan masyarakat, padahal jumlah kasusnya cukup tinggi. Yayasan Kanker Indonesia mengapresiasi Bank Indonesia atas dukungannya, sehingga edukasi masyarakat tentang kanker perut dapat terlaksana. Kami mengajak masyarakat dapat menindaklanjuti pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan sehat untuk membentengi diri dan keluarga dari potensi kanker lambung.”

Diskusi dalam rangka bulan kesadaran kanker perut bertajuk “Waspada Kanker Perut: Hidup Sehat Melawan Kanker” menghadirkan narasumber dr. Anna Mira Lubis, SpPD, KHOM yang menyampaikan, “Kanker perut atau kanker lambung adalah pertumbuhan dan pembelahan sel-sel yang tidak normal di perut. Biasanya dimulai dengan perubahan pra-kanker pada lapisan dalam perut, namun jarang ada gejala apapun, sehingga sering kali tidak terdeteksi.”

dr. Mira menjelaskan, “Karena perut memiliki lima bagian, gejala atau pengobatan apa pun akan bergantung pada bagian perut tempat kanker muncul. Gejala, pengobatan, dan gambarannya berbeda dengan kanker perut lainnya seperti kanker usus besar, kanker hati, kanker pankreas, atau kanker usus kecil.”

Sebagian besar diagnosis tidak terjadi sampai kankernya berukuran besar atau telah menyebar ke bagian tubuh lain. Kanker perut stadium awal jarang menimbulkan gejala.

“Namun, perlu memerhatikan jika sering sakit perut, terdapat darah pada tinja, merasa kenyang setelah makan kecil, nafsu makan berkurang, bengkak di perut, penurunan berat badan yang tidak diinginkan, muntah, sering letih, dan kulit menguning,” jelas dr. Mira. “Sebagian gejalanya memang mirip dengan gejala sakit maag, inilah yang membuat banyak orang kemudian tidak menyadarinya,” tambah dr. Mira.


Diskusi bertajuk “Waspada Kanker Perut: Hidup Sehat Melawan Kanker” menghadirkan narasumber dr. Anna Mira Lubis, SpPD, KHOM. Foto: Novi

 

Risiko seseorang terkena kanker perut bergantung pada beberapa keadaan. Memiliki satu atau lebih faktor risiko tersebut tidak berarti akan terkena kanker perut.

Menurut National Cancer Institute, penyebab dan risikonya antara lain riwayat keluarga, mengonsumsi makanan dengan sedikit buah-buahan dan sayuran atau banyak makanan asin, diasap, atau makanan yang tidak diawetkan dengan baik, merokok, alkohol, paparan lingkungan dan pekerjaan, infeksi H. Pylori serta kondisi medis lainnya.

Pilihan perawatan kanker perut bergantung pada lokasi kanker di dalam perut dan stadiumnya. Dokter akan memeriksa kesehatan secara keseluruhan dan preferensi pasien saat membuat rencana perawatan. Perawatan kanker perut meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi, terapi bertarget, imunoterapi, dan perawatan paliatif.

Dalam diskusi berjudul “Makanan Sehat Sebagai Benteng Pencegahan Kanker Lambung”, Dr.dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK(K) mengatakan, “Pentingnya mengonsumsi makanan sehat, yaitu makanan yang memiliki komponen nutrisi lengkap dan memberikan manfaat optimal bagi kesehatan, antara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.”

“Prinsip gizi seimbang adalah setiap kali konsumsi makanan, mengacu pada 5 kelompok pangan yaitu makanan pokok 2/6, lauk pauk 1/6, sayur 2/6, dan buah-buahan 1/6, serta air putih,” ujar dr. Nurul.

Dr. Nurul menjelaskan bahwa bahan makanan yang dapat mencegah kanker adalah jenis likopen, termasuk golongan antioksidan kuat yakni buah atau sayuran berwarna merah, oranye, dan kuning; sedangkan jenis karoten mengandung antioksida, pro-vitamin A utama dan terkandung di buah-buahan berwarna oranye, kuning, dan sayuran hijau.

Selain itu, makanan yang mengandung Vitamin C dapat menangkal radikal bebas dan merupakan antioksidan alami dan tidak dapat dibuat sendiri oleh tubuh, seperti jambu biji merah, brokoli, pepaya, kiwi, dan kembang kol.

Vitamin D juga memiliki sifat anti kanker, dimana penyandang kanker dengan kadar Vitamin D tinggi di darahnya, memiliki kesintasan tinggi. Sumber Vitamin D diantaranya adalah sinar matahari, susu, keju, mentega, dan ikan laut.

Pemrosesan lauk pauk juga dapat memengaruhi sehat tidaknya makanan. Dr. Nurul menyarankan untuk mengurangi makanan berminyak atau tinggi lemak dengan cara tidak menggoreng makanan, digantikan dengan cara memanggang, merebus matang, menumis dengan minyak yang sangat sedikit, mengukus, menggunakan bumbu dan rempah-rempah.

Asupan gula, garam, dan lemak yang terkandung di dalam makanan juga merupakan faktor risiko penyakit tidak menular. Dr. Nurul menyarankan asupan gula maksimal 4 sendok makan sehari, garam maksimal 1 sendok teh sehari, lemak maksimal 5 sendok teh sehari. 

Faktor risiko yang dapat dicegah dari makanan adalah menghindari makanan yang diproses atau diawetkan, zat tambahan makanan (pemanis, perasa, pewarna, penyedap), protein budi daya, dan tembakau.

Dr. Nurul menekankan pentingnya pola makan sehat dan olahraga. “Perbanyak konsumsi serat, serta makanan rendah lemak, konsumsi ikan dan unggas, serta batasi daging merah dan hindari daging olahan sebagai manfaat pencegahan terhadap kanker payudara dan saluran cerna (usus besar). Hindari makanan yang diawetkan atau dibakar, diasinkan, dan diasap untuk mencegah kanker saluran cerna, kanker kepala dan leher. Menghindari alkohol akan bermanfaat terhadap Kesehatan kanker saluran cerna dan hati. Dan jangan lupa olahraga 5 kali per minggu masing-masing berdurasi 30 menit untuk menghindari kanker payudara, prostat, ginjal, dan saluran cerna,” jelas dr. Nurul.

Perihal daging merah dan guna mencegah kanker, Dr. Nurul merekomendasikan untuk mengonsumsi daging merah tidak lebih dari 3 porsi atau 350-500 gram (berat matang) per minggu, dan hindari daging olahan.


Dr. dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK(K) dalam diskusi “Makanan Sehat Sebagai Benteng Pencegahan Kanker Lambung”. Foto: Novi

 

Dalam paparan Dr. Nurul, disebutkan hasil penelitian Beijing Hospital menemukan bahwa konsumsi ikan rendah lemak berhubungan terbalik dengan risiko kanker.

Konsumsi protein kedelai yang dapat diperoleh di tempe, tahu, susu bermanfaat untuk menurunkan risiko kanker paru dan kanker prostat.

“Satu gram tempe mengandung 3.5 isoflavones. 10 mg/hari soy isoflavones menurunkan risiko paru-paru 6%; dan 25 mg/hari asupan soy dapat menurunkan risiko kanker prostat sebanyak 6% dan kanker usus sebanyak 8 %,” jelas Dr. Nurul

Adapun bahan makanan yang mengandung karsinogen atau zat pemicu kanker dapat ditemukan pada makanan yang mengandung merkuri, hormon untuk ternak, phthalate, pestisida, pewarna tekstil, aflatoksin (dapat berkembang biak pada kondisi lembab), bahan makanan tinggi garam, dan alkohol.

Dr. Nurul mengingatkan untuk membatasi asupan gula tambahan atau added sugar dari makanan dan minuman, sedangkan asupan gula alami dari bahan makanan masih diperbolehkan.

Untuk menjaga kesehatan guna mencegah terkena kanker, “Jaga berat badan ideal, batasi asupan alkohol, daging merah, makanan diproses, makanan instan, dan lemak jenuh; perbanyak makanan tinggi serat dari sayur, buah, dan serealia, tingkatkan olahraga 3-5 kali per minggu; dan lakukan skrining kesehatan, kontrol pasca terapi, dan waspada jika ada gejala penurunan selera makan serta penurunan berat badan drastis,” tutup Dr. Nurul.

Editor : M Mahfud

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut