DEPOK, iNews Depok.id - Melakukan pekerjaan dalam satu waktu yang bersamaan memang akan lebih cepat untuk diselesaikan, itulah yang disebut dengan multitasking.
Multitasking sering kali dianggap sebagai cara yang efektif untuk menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dalam waktu yang lebih singkat. Namun, hal tersebut dapat berbanding balik dengan yang diharapkan.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa multitasking sebenarnya bisa merusak konsentrasi dan menurunkan produktivitas. Bagaimana bisa? Simak alasannya mengapa multitasking berdampak negatif pada fokus seseorang.
1. Otak Tidak Dirancang untuk Multitasking
Secara biologis, otak manusia tidak dirancang untuk menangani beberapa tugas kognitif secara bersamaan, penelitian dari Stanford University menunjukkan bahwa otak memiliki batas dalam memproses informasi dari beberapa sumber sekaligus. Setiap kali seseorang beralih antara dua atau lebih untuk menyelesaikan tugas, otak perlu melakukan proses yang disebut "context switching" atau peralihan konteks.
Peralihan ini memakan waktu dan energi mental, karena otak harus mengatur ulang fokusnya setiap kali berpindah tugas. Pada akhirnya, proses ini menyebabkan penurunan kualitas kerja dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan setiap tugas. Semakin sering seseorang melakukan multitasking, semakin besar beban yang ditanggung otak, yang kemudian dapat menurunkan kapasitas kognitifnya untuk fokus pada satu hal.
2. Menyebabkan "Cognitive Overload"
Multitasking memicu yang disebut dengan cognitive overload, atau kelebihan beban kognitif, di mana otak dipaksa untuk memproses terlalu banyak informasi dalam waktu yang singkat. Setiap tugas yang dilakukan secara bersamaan membutuhkan sumber daya mental, termasuk perhatian, ingatan jangka pendek, dan keterampilan berpikir kritis. Saat seseorang terus-menerus beralih dari satu tugas ke tugas lainnya, sumber daya mental ini cepat terkuras, sehingga menyebabkan kelelahan mental.
Cognitive overload dapat membuat seseorang merasa tertekan, kewalahan, dan bahkan cemas. Hal ini juga bisa menurunkan kemampuan untuk mempertahankan fokus dan menyelesaikan tugas-tugas dengan kualitas tinggi. Akibatnya, multitasking dapat membuat pekerjaan terasa lebih sulit dan memicu stres yang dapat mengganggu kesehatan mental dalam jangka panjang.
3. Mengurangi Efektivitas dan Akurasi Kerja
Multitasking sering kali menyebabkan terjadinya kesalahan. Ketika seseorang melakukan lebih dari satu tugas sekaligus, perhatian yang terbagi meningkatkan kemungkinan kesalahan kecil atau besar. Dalam pekerjaan yang memerlukan ketelitian, seperti menulis laporan keuangan atau memprogram, kesalahan kecil bisa berakibat fatal.
Menurut sebuah studi di American Psychological Association, multitasking dapat menurunkan efisiensi hingga 40%. Waktu yang dihemat saat multitasking tidak sebanding dengan waktu yang terbuang untuk memperbaiki kesalahan. Oleh karena itu, mengerjakan satu tugas secara fokus hingga selesai jauh lebih efektif dan akurat dibandingkan dengan menyelesaikan beberapa tugas sekaligus dengan hasil yang kurang sempurna.
4. Menyebabkan Kehilangan Kreativitas
Multitasking juga dapat menurunkan kemampuan seseorang untuk berpikir kreatif, kreativitas sering kali membutuhkan waktu dan fokus untuk mengeksplorasi ide dan solusi baru. Ketika pikiran terbagi beberapa tugas, seseorang tidak dapat memberikan perhatian penuh pada satu ide atau solusi. Hal tersebut tentu dapat menghambat kemampuan otak untuk menciptakan hubungan antara ide-ide yang berbeda, yang merupakan inti dari proses kreatif.
Menurut sebuah studi dari University of Illinois, multitasking juga dapat membatasi "mode default" otak, yang merupakan kondisi di mana otak beristirahat dan secara alami menemukan solusi kreatif. Tanpa cukup waktu dan fokus untuk berada dalam kondisi tersebut, otak tidak bisa berpikir secara mendalam atau menghasilkan ide-ide inovatif.
5. Mengurangi Kemampuan Mengatur Prioritas
Multitasking yang berlebihan dapat membuat seseorang kehilangan kemampuan untuk menentukan prioritas yang penting. Ketika terbiasa melakukan beberapa hal sekaligus, seseorang mungkin merasa sulit untuk memisahkan mana tugas yang benar-benar mendesak dan mana yang bisa ditunda. Akibatnya, waktu dan energi bisa terbuang untuk tugas-tugas yang kurang penting, sementara tugas-tugas yang krusial tidak terselesaikan dengan baik.
Ketidakmampuan untuk mengatur prioritas dapat mengarah pada kebiasaan menunda-nunda, atau bahkan menghindari tugas yang sulit. Hal tersebut sangat merugikan dalam dunia kerja dan pendidikan, di mana pengaturan prioritas yang baik adalah kunci untuk mencapai hasil maksimal.
6. Mengurangi Kepuasan Kerja dan Produktivitas Jangka Panjang
Multitasking dapat menurunkan kepuasan dalam pekerjaan dan produktivitas jangka panjang. Ketika seseorang sering kali harus beralih dari satu tugas ke tugas lainnya, mereka cenderung merasa tidak pernah benar-benar menyelesaikan sesuatu. Hal ini bisa menimbulkan perasaan tidak puas, terutama ketika kualitas hasil kerja tidak memenuhi harapan.
Seseorang yang sering melakukan multitasking akan merasa bahwa mereka terus bekerja, tetapi tidak melihat hasil yang nyata atau memuaskan. Dalam jangka panjang, hal tersebut bisa menurunkan motivasi dan semangat kerja, yang kemudian berakibat pada penurunan produktivitas dan kepuasan dalam pekerjaan.
Demikian enam alasan mengapa jika seseorang melakukan pekerjaan dengan cara multitasking dapat merusak fokus, dengan memahami dampak buruk dari multitasking, kita bisa lebih bijak dalam mengatur waktu dan tugas serta menjaga kesehatan mental dan produktivitas secara optimal.
Editor : Mahfud