JAKARTA, iNewsDepok.id - Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) mengajak masyarakat untuk mengenali cara penggunaan produk vape yang aman dan sesuai aturan. Dengan pengetahuan yang memadai, manfaat pengurangan faktor risiko dari produk inovasi ini akan semakin terasa. Imbauan tersebut disampaikan pada diskusi yang terselenggara dalam rangka memperingati World Vape Day yang jatuh pada 30 Mei 2024.
“Kami percaya bahwa vape mulai diterima oleh masyarakat Indonesia sebagai produk inovatif dari tembakau. Hingga hari ini, tercatat sekitar 1.317 individu atau kelompok di berbagai provinsi yang terdaftar sebagai anggota kami. Kondisi saat ini berbeda dibandingkan dengan ketika APVI pertama kali didirikan pada 2015. Ketika itu, masyarakat masih belum banyak mengenal vape. Sekarang, vape sudah dikenal, tetapi tantangannya adalah meyakinkan para pemangku kepentingan bahwa produk ini rendah risiko,” kata Ketua Umum APVI periode 2023–2026 Budiyanto, Kamis (30/5/2024).
Budiyanto menambahkan, risiko kesehatan tiap produk tembakau berbeda, terutama antara produk yang dibakar dan tidak. Secara spesifik, sudah banyak kajian di luar negeri yang mengindikasikan vape memiliki risiko lebih rendah daripada produk tembakau konvensional.
Namun demikian, belum banyak kajian ilmiah dalam negeri yang dapat mendukung perumusan kebijakan yang berbasis bukti.
“Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat dalam halaman situs resminya mengatakan, produk vape dapat menjadi alternatif berisiko rendah bagi perokok dewasa. Selain itu, mereka yang beralih sepenuhnya kepada vape akan merasakan manfaat yang lebih signifikan dibanding dual user,” ujar Budi.
Lebih lanjut, pertumbuhan pesat pengguna vape di Indonesia belum diikuti oleh pemahaman yang benar tentang cara pemakaian alat secara bertanggung jawab. Bahkan, sering terjadi penyebaran informasi yang kurang tepat.
“World Vape Day tahun ini mengambil tema Epidemi Mispersepsi. Dalam konteks Indonesia, topik ini sangat relevan dengan beberapa pemberitaan terkini mengenai penggunaan produk vape secara tidak tepat. Akhirnya, persepsi yang terbentuk tentang vape ikut menjadi kurang baik dan menurunkan kepercayaan para pemangku kepentingan. Padahal, studi Public Health England menunjukkan secara jelas, vape memiliki risiko lebih rendah hingga 95 persen,” kata Sekretaris Jenderal APVI, Garindra Kartasasmita.
Garindra meyakini prinsip-prinsip saintifik adalah fondasi dari perumusan kebijakan publik yang seimbang. APVI terbuka apabila lembaga-lembaga penelitian di Indonesia ingin berkolaborasi meneliti produk vape.
“Kami mendorong lebih banyak wadah berkumpul dan berdiskusi bagi para pelaku dan pegiat industri vape, akademisi, dan pemerintah. Kita harus terus berkolaborasi agar produk vape dapat meyakinkan lebih banyak perokok dewasa untuk berpindah,” kata Bendahara Umum APVI, Rhomedal Aquino.
Sebagai informasi, APVI adalah sebuah asosiasi yang berdiri dengan tujuan memberikan wadah tempat berkumpul dan berdiskusi bagi para pelaku usaha vaporizer. APVI berfungsi untuk menggalang persaudaraan dan kerja sama yang baik antara sesama pelaku usaha vaporizer dalam menyikapi perkembangan ataupun tren dalam industri vaporizer yang terjadi
di Indonesia, dan untuk menjadi jembatan antara para pelaku dan regulator (pemerintah), agar terjadi hubungan yang baik yang pada akhirnya menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Saat ini, APVI telah memiliki lebih dari 1.000 anggota dan kepengurusan daerah di berbagai Provinsi dan Kota/Kabupaten, untuk menampung aspirasi dan menyalurkan program-program yang dapat bermanfaat bagi anggotanya.
Editor : M Mahfud