Sekretaris Lembaga Wakaf MUI, Guntur Subagja Mahardika menjelaskan, Sungai Batang dipilih menjadi pilot project PRM karena menyebarluaskan gagasan dan pemikiran Buya Hamka kepada masyarakat Indonesia dan dunia.
"Ada beberapa tokoh bangsa dan ulama besar dalam PRM Sungai Batang ini yaitu Buya Hamka, Buya AR Sutan Mansur, mantan ketua umum Muhammadiyah, Syech Muhammad Amrullah dan Haji Abdul Karim Amrullah,” ungkapnya .
Dari Danau Maninjau juga lahir pahlawan nasional, pahlawan nasional, antara Rangkayo Rasuna Said dan Muhammad Natsir.
Menurut Guntur, pembangunan Halal Tourism Hub Buya Hamka, tidak hanya sebagai destinasi wisata baru, tapi juga akan menjadi ikon pariwisata nasional yang juga dapat menggeser kegiatan ekonomi masyarakat sekitar yang saat ini beraktivitas yang berdampak pada aktivitas yang dapat berdampak lingkungan Danau Maninjau menjadi kegiatan yang ramah lingkungan dan melestarikan danau Maninjau sebagai sumber kehidupan.
“Selain Maninjau, danau yang indah, juga ada endemik lokal di danau ini antara lain ikan rinuak dan ikan bada yang diharapkan lestari,” terangnya.
PRM Buya Hamka dibangun dalam 2 tahap. Tahap pertama berupa gedung yang akan menjadi pusat informasi, pusat pemasaran, galeri produk UMKM lokal, dan fasilitas pendukung.
Tahap kedua, akan dibangun rumah pengelola, kafe roof top (atap), taman, dan amphiteatre untuk atraksi wisata dan budaya lokal. Kedua didukung pendanaan dari Bank Indonesia.
"Baru setelah itu selanjutnya kita dapat mengembangkan wisata air dan hotel terapung yang dapat melibatkan mitra-mitra lainnya,” tutur Guntur.
Halal Tourism Hub ini akan dikelola dengan skema wakaf produktif Lembaga Wakaf MUI bekerjasama dengan Keluarga Besar Fatimah Karim Amrullah-AR Sutan Mansur.
Dalam operasionalnya berkolaborasi dengan Nagari Sungai Batang, dengan Sekolah Tinggi Pariwisata Enhaii Kementerian Pariwisata RI, Yayasan Keluarga Besar Buya Hamka, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sungai Batang, komunitas UMKM, tokoh-tokoh adat dan komunitas terkait lainnya.
Editor : M Mahfud