get app
inews
Aa Read Next : Satu dari Tiga Anak Indonesia Rentan Anemia, Ini Hal Pertama yang Harus Dilakukan

Mengenali Anemia, Penyebab Kekurangan Zat Besi

Rabu, 14 Februari 2024 | 06:59 WIB
header img
Ilustrasi Anemia Defisiensi Besi. Foto: Istimewa

DEPOK, iNewsDepok.id - Anemia defisiensi besi adalah salah satu jenis anemia yang terjadi akibat tubuh kekurangan zat besi. Zat besi adalah mineral penting yang diperlukan tubuh untuk menghasilkan hemoglobin, yaitu protein yang berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh.

Jika tubuh tidak memiliki cukup zat besi, produksi hemoglobin akan menurun, sehingga tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti lemas, pucat, mudah lelah, pusing, dan sesak napas.

Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling umum terjadi, terutama pada wanita, anak-anak, dan ibu hamil. Menurut data WHO, sekitar 30% populasi dunia menderita anemia, dan sebagian besar di antaranya disebabkan oleh defisiensi besi. Anemia defisiensi besi dapat berdampak buruk bagi kesehatan, seperti mengganggu pertumbuhan dan perkembangan, menurunkan daya tahan tubuh, meningkatkan risiko infeksi, dan menurunkan kualitas hidup.

Penyebab Anemia Defisiensi Besi

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi, yaitu:

  1. Kurang asupan makanan sumber zat besi. Makanan yang mengandung zat besi antara lain adalah daging merah, hati, ikan, telur, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan gandum. Jika asupan makanan ini tidak tercukupi dalam waktu lama, tubuh akan kekurangan zat besi.
  2. Kehilangan darah. Darah mengandung zat besi yang dibawa oleh hemoglobin. Jika seseorang mengalami perdarahan, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, zat besi dalam tubuh akan berkurang. Perdarahan yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi antara lain adalah menstruasi berat, luka, operasi, tukak lambung, kanker usus, dan hemoroid.
  3. Gangguan penyerapan zat besi. Zat besi dalam makanan yang dikonsumsi harus diserap oleh usus halus agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Jika ada gangguan pada usus halus, misalnya akibat penyakit celiac, operasi usus, atau infeksi, penyerapan zat besi akan terhambat. Selain itu, penyerapan zat besi juga dapat terganggu oleh obat-obatan tertentu, seperti obat maag, teh, kopi, susu, atau makanan yang mengandung asam fitat.
  4. Kebutuhan zat besi yang meningkat. Ada beberapa kondisi yang membuat tubuh membutuhkan lebih banyak zat besi, seperti masa pertumbuhan, kehamilan, menyusui, dan olahraga berat. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi oleh asupan makanan, tubuh akan mengalami defisiensi besi.
  5. Penyakit kronis. Beberapa penyakit kronis, seperti gagal ginjal, diabetes, masalah tiroid, kanker, atau anemia kronis, dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Hal ini karena penyakit-penyakit ini dapat mengganggu produksi sel darah merah, penyerapan zat besi, atau menyebabkan perdarahan kronis.

Gejala Anemia Defisiensi Besi

Gejala anemia defisiensi besi dapat bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan dan lama defisiensi besi. Gejala yang umum terjadi antara lain adalah:

  1. Kulit, bibir, dan kuku pucat
  2. Lemas, lelah, atau tidak bertenaga
  3. Pusing, sakit kepala, atau penglihatan kabur
  4. Sesak napas, jantung berdebar, atau nyeri dada
  5. Nafsu makan menurun atau anoreksia
  6. Rambut rontok, kuku rapuh, atau lidah bengkak
  7. Kram otot, kesemutan, atau mati rasa
  8. Gangguan konsentrasi, ingatan, atau mood
  9. Pica, yaitu keinginan untuk makan benda-benda aneh, seperti tanah, es, atau kapur

Diagnosis Anemia Defisiensi Besi

Untuk mendiagnosis anemia defisiensi besi, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti:

  1. Anamnesis, yaitu menanyakan gejala, riwayat kesehatan, pola makan, dan faktor risiko yang dialami pasien.
  2. Pemeriksaan fisik, yaitu memeriksa tanda-tanda anemia, seperti kulit pucat, denyut jantung, tekanan darah, dan suara paru-paru.
  3. Tes darah, yaitu mengambil sampel darah untuk diperiksa di laboratorium. Tes darah yang dilakukan antara lain adalah hitung darah lengkap, kadar zat besi, kapasitas pengikat zat besi, dan feritin. Tes darah ini dapat menunjukkan jumlah sel darah merah, hemoglobin, dan zat besi dalam darah.
  4. Tes lain, yaitu tes yang dilakukan untuk mencari penyebab anemia defisiensi besi, seperti tes feses, endoskopi, kolonoskopi, atau biopsi sumsum tulang.

Pengobatan Anemia Defisiensi Besi

Pengobatan anemia defisiensi besi bertujuan untuk mengembalikan kadar zat besi dan hemoglobin dalam darah, serta mengatasi penyebab yang mendasarinya. Pengobatan yang dilakukan antara lain adalah:

  1. Suplemen zat besi, yaitu obat yang mengandung zat besi yang diberikan secara oral atau suntik. Suplemen zat besi harus diminum sesuai dengan dosis dan aturan yang diberikan dokter. Suplemen zat besi dapat menimbulkan efek samping, seperti mual, sakit perut, sembelit, atau diare. Untuk mengurangi efek samping, suplemen zat besi dapat diminum bersama makanan atau air jeruk. Suplemen zat besi biasanya harus diminum selama beberapa bulan sampai kadar zat besi dan hemoglobin normal.
  2. Transfusi darah, yaitu pemberian darah donor kepada pasien melalui infus. Transfusi darah dilakukan jika anemia defisiensi besi sangat berat dan menyebabkan gejala yang mengancam jiwa, seperti gagal jantung atau syok. Transfusi darah dapat memberikan bantuan yang cepat, tetapi tidak menyelesaikan masalah defisiensi besi. Oleh karena itu, transfusi darah harus diikuti dengan pemberian suplemen zat besi dan pengobatan penyebab anemia defisiensi besi.
  3. Pengobatan penyebab, yaitu pengobatan yang ditujukan untuk mengatasi faktor yang menyebabkan anemia defisiensi besi, seperti perdarahan, infeksi, gangguan penyerapan, atau penyakit kronis. Pengobatan penyebab dapat berupa obat-obatan, operasi, atau terapi lain yang sesuai dengan kondisi pasien.

Pencegahan Anemia Defisiensi Besi

Untuk mencegah anemia defisiensi besi, Anda perlu mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging merah, hati, ikan, telur, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan gandum. Selain itu, Anda juga perlu mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, stroberi, atau brokoli, karena vitamin C dapat membantu penyerapan zat besi dalam tubuh.

Anda juga perlu menghindari atau mengatasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan kekurangan zat besi, seperti perdarahan, gangguan penyerapan, penyakit kronis, atau kehamilan. Jika Anda mengalami perdarahan, misalnya akibat menstruasi berat, luka, atau penyakit maag, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Jika Anda mengalami gangguan penyerapan, misalnya akibat penyakit celiac, operasi usus, atau infeksi, Anda perlu menghindari makanan atau minuman yang dapat mengganggu penyerapan zat besi, seperti kopi, teh, susu, atau makanan yang mengandung asam fitat.

Jika Anda menderita penyakit kronis, seperti gagal ginjal, diabetes, masalah tiroid, kanker, atau anemia kronis, Anda perlu mengikuti pengobatan yang diberikan oleh dokter secara rutin dan teratur. Jika Anda sedang hamil, Anda perlu mengonsumsi suplemen zat besi dan asam folat yang diresepkan oleh dokter, karena kebutuhan zat besi Anda akan meningkat selama masa kehamilan.

 

Editor : M Mahfud

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut