get app
inews
Aa Text
Read Next : Nyaman dan Cantik, Pink Rabbit Lens, Brand Softlens Lokal Bikin Tambah Percaya Diri

Pertama di Dunia, Dokter AS Sukses Lakukan Transplantasi Mata

Rabu, 22 November 2023 | 09:35 WIB
header img
Eduardo D. Rodriguez mempersiapkan Aaron James dari Hot Springs, Arkansas, untuk transplantasi bola mata secara keseluruhan, yang pertama di dunia, di NYU Langone, New York City, AS. Foto: REUTERS/Joe Carotta

JAKARTA, iNewsDepok.id - Mata adalah organ penglihatan yang sangat penting bagi manusia. Mata memungkinkan kita untuk melihat warna, bentuk, gerak, dan jarak dari objek-objek di sekitar kita. Mata juga berperan dalam mengirimkan informasi visual ke otak, yang kemudian diproses menjadi persepsi dan kesadaran.

Namun, ada banyak faktor yang dapat menyebabkan kerusakan atau kehilangan fungsi mata, seperti penyakit, cedera, infeksi, atau kelainan bawaan. Kerusakan atau kehilangan fungsi mata dapat berdampak negatif pada kualitas hidup, kesehatan mental, dan produktivitas seseorang.

Untuk mengatasi masalah ini, berbagai upaya telah dilakukan untuk memperbaiki atau mengganti mata yang rusak, seperti operasi katarak, transplantasi kornea, implantasi lensa intraokuler, atau penggunaan alat bantu penglihatan. Namun, upaya-upaya ini belum dapat mengembalikan penglihatan secara sempurna, terutama bagi mereka yang mengalami kerusakan pada seluruh mata atau saraf optik.

Transplantasi Mata Utuh

Salah satu terobosan yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah ini adalah transplantasi mata utuh, yaitu prosedur yang melibatkan pemindahan mata utuh dari donor ke penerima, dengan menghubungkan pembuluh darah, otot, dan saraf optik yang terlibat.

Transplantasi mata utuh dianggap sebagai salah satu tantangan terbesar dalam bidang bedah rekonstruksi, karena melibatkan banyak komponen yang kompleks dan sensitif, serta risiko penolakan imunologis dan infeksi. Selama ini, transplantasi mata utuh hanya dilakukan pada hewan percobaan, seperti tikus dan monyet, dengan hasil yang bervariasi.

Menurut National Geographic, baru-baru ini, sekelompok dokter bedah dari NYU Langone Health di New York, Amerika Serikat, mengumumkan berhasil melakukan transplantasi mata utuh pertama di dunia pada manusia. Transplantasi ini merupakan bagian dari prosedur transplantasi sebagian wajah, yang juga merupakan yang pertama di dunia.

Pasien Pertama

Pasien yang menerima transplantasi mata utuh pertama di dunia adalah Aaron James, seorang veteran militer AS berusia 46 tahun dari Arkansas, yang selamat dari kecelakaan listrik tegangan tinggi di tempat kerjanya. Kejadian itu terjadi pada tahun 2019, ketika James sedang memperbaiki kabel listrik di sebuah bangunan.

Akibat kecelakaan tersebut, James mengalami luka bakar parah di sebagian besar tubuhnya, termasuk sisi kiri wajahnya, hidungnya, mulutnya, dan mata kirinya. Mata kirinya mengalami kerusakan total, sehingga tidak dapat melihat sama sekali. Mata kanannya juga mengalami kerusakan sebagian, sehingga hanya dapat melihat bayangan.

James kemudian menjalani berbagai operasi rekonstruksi untuk memperbaiki wajah dan tubuhnya, tetapi hasilnya tidak memuaskan. James merasa tidak percaya diri dengan penampilannya, dan mengalami depresi dan isolasi sosial. James juga merindukan penglihatannya, dan berharap dapat melihat lagi.

Proses Transplantasi

Pada bulan Mei 2023, James mendapatkan kesempatan untuk menjalani transplantasi sebagian wajah dan mata utuh, setelah mendapatkan donor yang cocok. Donor tersebut adalah seorang pria berusia 40-an tahun yang meninggal karena serangan jantung, dan menyumbangkan organ-organ tubuhnya untuk tujuan medis.

Proses transplantasi dilakukan oleh tim bedah yang dipimpin oleh Dr. Eduardo Rodriguez, seorang ahli bedah plastik dan rekonstruksi yang telah berpengalaman dalam melakukan transplantasi wajah. Tim bedah terdiri dari lebih dari 100 orang, termasuk ahli bedah, anestesiolog, perawat, teknisi, dan koordinator.

Proses transplantasi berlangsung selama 21 jam, dan melibatkan pemindahan kulit, otot, tulang, pembuluh darah, saraf, dan mata dari donor ke penerima. Proses ini membutuhkan ketelitian dan keahlian yang tinggi, serta peralatan dan teknologi yang canggih.

Salah satu tantangan terbesar dalam proses ini adalah menghubungkan saraf optik donor dan penerima, yang merupakan saraf yang mengirimkan informasi visual dari mata ke otak. Untuk mendorong penyembuhan hubungan antara saraf optik donor dan penerima, tim bedah mengambil sel induk dewasa dari sumsum tulang donor dan menyuntikkannya ke saraf optik selama transplantasi, dengan harapan sel tersebut dapat menggantikan sel yang rusak dan melindungi saraf.

Hasil Transplantasi

Setelah menjalani transplantasi, James harus menjalani perawatan intensif dan rehabilitasi untuk memastikan kesuksesan prosedur tersebut. James juga harus mengonsumsi obat-obatan imunosupresan, yaitu obat-obatan yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh, agar tidak menolak organ-organ yang ditransplantasikan.

Hingga saat ini, transplantasi yang dilakukan pada James telah menunjukkan hasil yang positif dan menjanjikan. Mata yang ditransplantasikan telah menunjukkan tanda-tanda kesehatan yang penting, seperti pembuluh darah yang berfungsi dengan baik dan retina yang tampak normal. Wajah yang ditransplantasikan juga telah menyesuaikan dengan baik dengan struktur dan ekspresi wajah James.

Namun, masih terlalu dini untuk menyimpulkan apakah mata yang ditransplantasikan dapat mengembalikan penglihatan James atau tidak. Hal ini karena mata yang ditransplantasikan belum berkomunikasi dengan otak melalui saraf optik. Proses ini membutuhkan waktu yang lama, dan bergantung pada banyak faktor, seperti kondisi saraf optik, respon sel induk, dan aktivitas otak.

Dampak dan Harapan

Transplantasi mata utuh yang dilakukan pada James merupakan terobosan yang luar biasa dalam bidang bedah rekonstruksi, dan membuka banyak kemungkinan baru bagi pengobatan penyakit mata. Transplantasi ini juga memberikan harapan dan inspirasi bagi banyak orang yang mengalami kerusakan atau kehilangan fungsi mata, baik karena penyakit, cedera, atau kelainan bawaan.

Namun, transplantasi ini juga memiliki banyak tantangan dan keterbatasan, seperti ketersediaan donor, risiko penolakan, efek samping obat, dan biaya yang tinggi. Transplantasi ini juga membutuhkan penelitian dan pengembangan yang lebih lanjut, untuk meningkatkan efektivitas, keamanan, dan aksesibilitasnya.

James sendiri mengaku sangat bersyukur dan berterima kasih kepada tim bedah, donor, dan keluarga yang telah membantunya menjalani transplantasi ini. James juga mengaku sangat senang dan puas dengan penampilan barunya, dan merasa lebih percaya diri dan bahagia. James juga berharap agar mata yang ditransplantasikan dapat segera berfungsi, dan ia dapat melihat lagi.

"Saya tidak sabar untuk melihat dunia dengan mata baru. Saya ingin melihat warna, bentuk, gerak, dan jarak dari objek-objek di sekitar saya. Saya ingin melihat wajah dan senyum dari orang-orang yang saya cintai. Saya ingin melihat kehidupan," kata James.

Informasi tentang pertama di dunia, dokter AS sukses melakukan transplantasi mata mendapat berbagai reaksi dari warganet, baik yang kagum maupun yang skeptis.

Reaksi dari masyarakat dan warganet terhadap berita ini sangat positif dan memancarkan kekaguman terhadap kemajuan ilmu kedokteran. Di media sosial, banyak yang mengungkapkan harapan dan sukacita mereka atas terobosan ini, dengan sejumlah warganet menyebutnya sebagai "langkah monumental dalam dunia medis."

Seorang pengguna Twitter menulis, "Transplantasi mata adalah mukjizat! Ini membawa harapan bagi banyak orang yang berjuang dengan masalah penglihatan. Terima kasih kepada para dokter yang membuat ini mungkin."

Namun, seperti pada setiap kemajuan medis, ada juga suara hati-hati dan pertanyaan tentang etika dan implikasi jangka panjang dari prosedur ini. Diskusi tentang aksesibilitas, keamanan, dan dampak sosial dan psikologis dari transplantasi mata juga mencuat di berbagai platform daring.

Meskipun begitu, kesuksesan ini membuktikan bahwa dunia medis terus berkembang dan menghadirkan harapan bagi mereka yang berjuang dengan tantangan kesehatan mata. Transplantasi mata menjadi bukti bahwa inovasi medis tidak hanya melibatkan perbaikan, tetapi juga terobosan yang membuka pintu untuk masa depan kesehatan mata yang lebih cerah.

Editor : Mahfud

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut