get app
inews
Aa Text
Read Next : Wujudkan Citra Harum, Supian Suri Ingin Lenyapkan Stigma Negatif Kota Depok

Pelajari Janda Cerai dan Tawarkan Solusi, Sosok Ini Raih Gelar Doktor UI

Sabtu, 29 Januari 2022 | 15:54 WIB
header img
Kartika Sari Dewi dalam disertasi program doktoral di UI memberikan solusi agar keluarga janda cerai bisa hidup sejahtera dan mampu mengikis stigma negatif.

DEPOK, iNews.idJanda cerai menghadapi masalah berat akibat stigma negatif. Kartika Sari Dewi dalam disertasi program doktoral di UI memberikan solusi agar janda cerai dan keluarganya bisa hidup sejahtera dan mampu mengikis stigma negatif.

Stigmatisasi negatif janda cerai menjadi latar belakang disertasi Kartika Sari Dewi. Disertasinya berjudul “Dinamika Kualitas Interaksi Keluarga, Dukungan Sosial, dan Kesejahteraan Keluarga Ibu Tunggal Pascaperceraian”.

Berkat disertasi ini, Kartika Sari Devi berhasil meraih promosi doktor Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia di bulan Januari 2022.

Kartika Sari Dewi melakukan penelitian terhadap sepuluh ibu (30–48 tahun) dan empat anak (18–30 tahun).

Disertasi dengan pendekatan kualitatif ini mengungkap gambaran kesejahteraan keluarga janda cerai. Faktor-faktor internal yang mendukung sang ibu dan anak dalam menghadapi tantangan pascaperceraian juga menjadi obyek penelitian. 

Dalam disertasinya, Dewi menyebutkan stigmatisasi negatif mempengaruhi upaya mereka mencapai kesejahteraan. Lingkungan memandang perceraian sebagai peristiwa negatif.
 
Akibatnya masalah mereka semakin banyak seperti kesulitan finansial, tekanan lingkungan sosial, dan dianggap kurang mampu mengasuh anak.

Stigma negatif juga memunculkan gambaran broken home family  yang dianggap tidak dapat memberikan kesempatan bagi anggota keluarganya untuk berkembang. Lebih lanjut kondisi jandai cerai dikaitkan dengan permasalahan psikologis anak, seperti kenakalan remaja dan gangguan kesehatan mental anak.

Hal penting dalam penelitian ini, Kartika Sari Dewi mengungkapkan bahwa tidak berfungsinya keluarga pascaperceraian sebenarnya bukan dari dampak berubahnya struktur keluarga. Penyebab utamanya lebih paada dampak interaksi interpersonal yang tidak sehat. 

”Meskipun perubahan struktur keluarga terjadi pascaperceraian, dengan adanya proses penyesuaian, keluarga bercerai tetap memiliki kesempatan agar berfungsi optimal dan sejahtera,” tuturnya.
 
Kesejahteraan keluarga pada keluarga janda cerai tercapai jika terpenuhinya kebersamaan ibu-anak. 

Agar keluarga janda cerai dapat mencapai kesejahteraan, sang janda harus bisa mandiri secara finansial.  Dari sisi anak, relasi positif ayah-anak harus terbuka. 

Bagaimanapun relasi ayah-anak tetap perlu dibangun dan terbuka karena perceraian  membawa dampak psikologis pada anak. Sang anak menghadapi masalah terkait makna keluarga, skema gender, perbedaan persepsi terhadap dukungan keluarga besar, dan timbulnya adverse childhood experiences (ACE).
 
Untuk mengikis stigma negatif, janda cerai perlu proaktif dalam mencari dukungan sosial. Sisi spiritualitas pada janda cerai juga perlu terus dibangun.

Promosi doktor ini dipimpin oleh Dr. Bagus Takwin, M.Hum., sebagai Ketua Sidang, dengan Dr. Adriana Soekandar Ginanjar, M.S., Psikolog., sebagai Promotor, dan Dra. Fentiny Nugroho, M.A., Ph.D., sebagai Kopromotor. 

Sementara itu, Tim Penguji diketuai oleh Prof. Dr. Guritnaningsih dengan anggota terdiri atas Prof. Dr. Juke Roosjati Siregar, M.Pd., Psikolog, Prof. Dr. Faturochman, M.A., Prof. Dr. Elizabeth Kristi Poerwandari, M.Hum., Psikolog, dan Dr. Fivi Nurwiyanti, M.Si., Psikolog.  

Editor : M Mahfud

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut