JAKARTA, iNews.id - Tidak hanya di Indonesia, penanganan masalah stunting tetap menjadi perhatian dunia. Ini menjadi sorotan utama karena stunting dapat berdampak pada pertumbuhan anak dalam jangka panjang.
Namun di Indonesia, masyarakat kini semakin sadar akan bahaya stunting dan mulai mengambil langkah-langkah pencegahan. Ini terbukti dengan penurunan prevalensi stunting sebesar 21,6% pada tahun 2022, sesuai data dari Kementerian Kesehatan.
Data yang positif ini diharapkan dapat mendorong upaya-upaya lebih lanjut untuk terus mencegah dan mengurangi angka stunting. Upaya ini harus melibatkan semua pihak, termasuk Asuransi Astra.
Asuransi Astra mengakui pentingnya pencegahan dan bahaya stunting terhadap pertumbuhan anak, dan mereka memberikan Intervensi Gizi dan Penurunan Stunting di Kelurahan Lebak Bulus, hari ini.
Kegiatan ini mencakup penyuluhan kesehatan bagi kader posyandu, serta pemeriksaan kesehatan untuk balita dan Wanita Usia Subur (WUS) selama enam bulan ke depan.
Kegiatan ini juga merupakan dukungan Asuransi Astra terhadap target pemerintah untuk menurunkan prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2024.
Sambil merayakan ulang tahun mereka yang ke-67, Asuransi Astra juga berupaya memberikan ketenangan pikiran, bukan hanya kepada pelanggan mereka, tetapi juga kepada masyarakat sekitar melalui Intervensi Gizi dan Penurunan Stunting.
Stunting masih sering terjadi di Indonesia, dan kasus ini dianggap berbahaya karena tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan fisik anak secara signifikan, tetapi juga perkembangan kognitif dan kemampuan belajar mereka.
Kegiatan ini bertujuan melindungi masa depan generasi penerus bangsa. Intervensi Gizi dan Penurunan Stunting meliputi penyuluhan kepada kader posyandu tentang pencegahan dan pengendalian stunting, serta pemberian buku monitoring intervensi gizi dan suplemen protein (abon ayam dan susu) dan mineral (zinc) selama 6 bulan, dengan konseling oleh dokter spesialis gizi setiap 3 bulan.
Kegiatan ini diharapkan memberikan manfaat besar dengan memberikan edukasi kepada masyarakat, terutama orang tua, dan meningkatkan kesehatan masyarakat untuk Indonesia yang lebih baik.
Kegiatan ini dihadiri oleh Camat Kecamatan Cilandak, Djaharrudin M.Si., dan Lurah Kelurahan Lebak Bulus, H. Jaenudin S.Sos., yang juga memberikan dukungan.
Penyuluhan Intervensi dan Penurunan Stunting merupakan kolaborasi antara Asuransi Astra dan dr. Dani Ferdian, penerima SATU Indonesia Awards 2015, Ketua Kelompok Kerja Filantropi Kesehatan FK UNPAD, serta Penggagas Volunteer Doctors.
Kader posyandu memiliki peran penting dalam perkembangan anak dan kesehatan ibu, dan oleh karena itu, edukasi ini diberikan kepada mereka agar dapat mengenali lebih baik tentang stunting, penyebabnya, dampaknya, serta cara pencegahannya.
Selama penyuluhan, faktor risiko stunting pada balita dan pengenalan aplikasi iPosyandu digital juga dibahas. Ini bertujuan untuk membantu kader mencatat dan memonitor perkembangan balita dengan lebih mudah.
Selain itu, kegiatan ini juga mencakup pemeriksaan kesehatan untuk balita dan WUS. Pemeriksaan ini melibatkan pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan balita untuk segera menangani masalah gizi atau kesehatan yang mungkin timbul.
Pemeriksaan WUS dilakukan untuk wanita berusia 15-49 tahun, baik yang sudah menikah maupun yang belum, untuk mencegah anemia yang sering dialami oleh ibu hamil. Pemeriksaan melibatkan tes hemoglobin dan konsultasi dengan dokter umum di unit Garda M Klinik Asuransi Astra.
Presiden Direktur Asuransi Astra, Christopher Pangestu, menyatakan bahwa mereka memiliki visi untuk memberikan ketenangan pikiran tidak hanya kepada pelanggan, tetapi juga kepada masyarakat. Mereka berkomitmen untuk melawan stunting dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Mereka berharap kontribusi kecil mereka dapat membawa manfaat bagi banyak orang, terutama dalam menurunkan angka stunting di Lebak Bulus.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta