JAKARTA, iNews.id - Seiring dengan peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, lahirlah seorang petinju Belanda bernama Ruddie Lubbers pada tanggal 17 Agustus 1945 di Heerhugowaard, Belanda.
Rupanya, petinju ini memiliki perjalanan hidup yang kurang diketahui oleh para penggemar tinju di seluruh dunia. Awal kariernya sebagai petinju yang gemar mengoleksi gelar dimulai dengan berlatih tinju di klub Bisschop di Amsterdam.
Profil Ruddie Lubbers meliputi partisipasinya dalam Olimpiade 1964 dan 1968 sebagai petinju Belanda. Namanya, Rudolfus Josefus Maria Lubbers, tercatat dengan sejumlah prestasi yang mengesankan.
Pada awal kariernya sebagai petinju amatir, Ruddie hanya latihan secara santai di klub Bisschop di Amsterdam. Namun, dengan percaya diri pada kemampuannya, ia mulai mengikuti beberapa pertandingan amatir di Belanda.
Di tingkat amatir, Ruddie berhasil meraih 6 gelar juara kelas berat ringan dan 2 gelar kelas berat di Belanda.
Pada Olimpiade Tokyo 1964 dan Mexico City 1968, ia mewakili negaranya dengan peringkat kesembilan dan kelima berturut-turut.
Pada tahun 1970, Ruddie memutuskan untuk berpindah ke dunia tinju profesional, dan sejak 1971, ia berhasil meraih gelar kelas berat nasional yang dipertahankannya hingga akhir kariernya pada tahun 1981.
Rekor profesionalnya mencatat 28 kemenangan, termasuk 14 kali dengan KO, 8 kekalahan, dan 2 kali hasil imbang. Salah satu pertandingan terkenalnya adalah melawan Muhammad Ali di Jakarta pada 14 Oktober 1973.
Muhammad Ali (kanan) dan Ruddie Lubbers
Pertarungan ini dijuluki sebagai "pertarungan abad ini" oleh media Indonesia, dan tiketnya dijual mulai dari harga Rp1.000 hingga Rp27.500.
Dalam pertandingan ini, Muhammad Ali tampil dengan performa luar biasa yang membuat Ruddie kesulitan menghadapinya. Akibatnya, Ruddie hanya mampu bertahan hingga ronde ke-12 dan akhirnya kalah dari legenda tersebut.
Setelah pensiun dari dunia tinju, Ruddie menghadapi berbagai masalah hukum dan keuangan. Pada tahun 1986, ia ditangkap di Portugal karena terlibat dalam perdagangan narkoba dan dijatuhi hukuman penjara selama 4 tahun.
Setelah itu, ia dan istrinya, Ria, mencoba menjalani kehidupan baru dengan bekerja di pasar malam. Sayangnya, kebangkrutan melanda pada tahun 1999, yang membuat mereka akhirnya menjadi tunawisma.
Pada tahun 2019, kondisi Ruddie dan istrinya yang memprihatinkan ditemukan saat mereka tinggal di dalam sebuah mobil tua di Bulgaria.
Mereka mendapat bantuan dari mantan petinju Belanda lainnya, Rudi van den Berg, yang mengumpulkan dana untuk membantu mereka kembali ke Belanda. Selain itu, Ruddie juga didiagnosis menderita demensia dan penyakit Parkinson.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta