DEPOK, iNewsDepok.id - Seorang pria asal Australia bernama Phil Gore berlari sejauh 685 kilometer atau 425 mil selama empat hari. Dia mencetak rekor dunia baru di Dead Cow Gully Backyard Masters Ultramarathon 2023.
Diketahui The Dead Cow Gully Backyard Masters merupakan balapan tanpa garis finish. Formulanya adalah mengharuskan pelari menyelesaikan putaran 6,7 km setiap jam dan balapan berlanjut hingga hanya tersisa satu pelari.
Pada 2023 ini ajang The Dead Cow Gully Backyard Masters diadakan di sebuah peternakan di Nanango, 112 mil barat laut Brisbane, Australia. Perlombaan ketahanan ini dimulai pada Sabtu (17/6/2023) pukul 07.00 pagi waktu setempat dan berakhir empat setengah hari kemudian ketika hanya ada satu orang yang masih berlari.
Setelah berlari pada putaran 6,7 kilometer tidak kurang dari 102 kali putaran, akhirnya Phil Gore dari Australia ini dinyatakan sebagai pemenang.
“Ini nyata,” ucap Phil Gore kepada ABC.net.au., seperti dilansir dari Oddity Central, pada Jumat (7/7/2023).
Lebih lanjut Gore mengatakan ia teringat ketika salah seorang pelari Belgia memecahkan rekor di usia 75 tahun pada 2020, ia lalu memasukkan ke dalam rencananya sebagai tujuan tambahan, tetapi tidak pernah berpikir ia akan mencapainya.
“Bagi saya, lari adalah bagian dari hidup, saya bahkan lari dari dan ke tempat kerja,” ucapnya lagi.
Menariknya, rekor dunia sebelumnya adalah 101 kali putaran oleh pelari Belgia Merijn Geerts dan Ivo Steyaert pada Oktober 2022. Lantas berapa lama Gore akan mempertahankan rekor tersebut?
Sementara pemenang kedua Sam Harvey dari New Zealand berhasil mengikat rekor dunia sebelumnya dengan 101 kali putaran dan Harvey Lewis dari Amerika Serikat berada di urutan ketiga dengan 90 kali putaran. Ketiganya berhasil mencetak rekor nasional.
Suhu udara selama empat setengah hari berfluktuasi dari -2 derajat Celsius pada malam hari hingga 22 derajat Celsius saat hari cerah, yang membuat perlombaan semakin sulit.
Pemenang mempersiapkan perbedaan temperatur dengan mandi air dingin selama dua bulan sebelum ultramarathon.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani