Komarudin menceritakan, saat PDI Perjuangan menang pada Pemilu 1999, saat itu perjuangan hanya dilandaskan semangat juang semata. Saat itu, secara gerakan belum ada kedisiplinan yang mendalam.
“Makanya sopir taksi, tukang ojek, penjahit, bisa menjadi bupati, bisa jadi DPR karena kita berjuang, kita menang, semua punya kesempatan,” kenangnya.
Atas kesadaran sejarah itu, Komarudin mengatakan, PDI Perjuangan mulai menata organisasi dari waktu ke waktu.
“Satgas ini sejarahnya seperti TNI. Mulai berproses dari TKR, BKR, baru setelah masuk jadi TNI, baru ditertibkan, dirapikan,” jelasnya.
Komarudin mengaku sangat terbantu menbangun dan mendisiplinkan Satgas karena dibantu oleh sejumlah jenderal (purnawirawan) lapangan, seperti Letjen TNI (Purn) Ganip Warsito, Letjen TNI (Purn) Jppye Onesimus Wayangkau, Laksda TNI (Purn) Yuhastihar, Mayjen TNI mar (Purn) F. Saud Tambatua, Irjen Pol (Purn) Fakhrizal, dan Brigjen TNI mar (Purn) Donar Philip Rompas.
“Saya sangat terbantu dengan tim saya. Kami kerja secara tim, tidak ada atasan dan bawahan. Jadi saya komandan nasional, beliau-beliau wakil komandan di bidang masing-masing,” bangganya.
Pada acara peringatan Bulan Bung Karno, satgas Cakra Buana nantinya akan menunjukkan kedisiplinan berupa yel-yel dan baris-berbaris sebagai wujud semangat meraih hattrick di Pemilu 2024 mendatang.
“Disiplin harus satgas yang terdepan untuk menunjukkan ke khalayak banyak, rakyat Republik bahwa kita partai pemenang pemilu dan siap untuk memimpin Indonesia ke depan,” pungkasnya.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta