get app
inews
Aa Text
Read Next : Tuding Pemerintah Depok Eksklusif: Supian Suri bak Menepuk Air di Baskom Tumpah ke Muka Sendiri

Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat atau Syawalan di Jawa, Berikut Sejarah dan Maknanya

Jum'at, 28 April 2023 | 09:33 WIB
header img
Tradisi lebaran ketupat menjadi tradisi yang dilakukan sebagian besar umat Islam di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Foto ilustrasi: Pixabay/hartono subagio

DEPOK, iNewsDepok.id - Tradisi lebaran ketupat menjadi tradisi yang dilakukan sebagian besar umat Islam di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Tradisi ini dilaksanakan tujuh hari setelah Hari Raya Idul Fitri.

Pada tahun 2023 ini, lebaran ketupat dilaksanakan pada Sabtu, 29 April 2023, tepat satu minggu setelah perayaan Hari Raya Idul Fitri 1444 H.

Dasar pelaksanaan lebaran ketupat adalah selesainya pelaksanaan ibadah puasa 6 hari di bulan Syawal. Puasa 6 hari di bulan Syawal dimulai pada hari kedua setelah Hari Raya Idul Fitri karena hari pertama Idul Fitri atau tanggal 1 Syawal diharamkan untuk berpuasa.

Puasa syawal berakhir pada tanggal 7 Syawal, sehingga lebaran ketupat dilaksanakan pada tanggal 8 Syawal, sebagai perayaan selesainya puasa 6 hari di bulan Syawal.

Bagi umat Islam, puasa 6 hari di bulan syawal ini merupakan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW karena keutamaannya yang sangat besar.

Nabi Muhammad SAW bersabda: قال صلى اللَّهُ عليه وسلم من صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا من شَوَّالٍ كان كَصِيَامِ الدَّهْرِ رَوَاهُ مُسْلِمٌ   

Artinya: "Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun." (HR. Muslim).

Adapun sejarah dan makna lebaran ketupat adalah mengajak seorang muslim untuk menjadi pribadi yang baik, luhur akhlaknya, dan meningkatkan amalan ibadah.

Berikut ini penjelasan mengenai sejarah, makna dan filosofi lebaran ketupat, seperti dirangkum pada Jumat (28/4/2023):

Sejarah Lebaran Ketupat 

Lebaran ketupat atau disebut juga dengan Syawalan di kalangan masyarakat Jawa, memiliki sejarah yang tidak terlepas dari peran Walisongo, yakni Sunan Kalijaga.

Sejarahnya, Kanjeng Sunan Kalijaga memperkenalkan dua istilah yakni Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.

Bakda Lebaran merupakan tradisi silaturahmi dan bermaaf-maafan setelah salat Idul Fitri. Sementara Bakda Kupat yang merupakan perayaan sepekan setelahnya. 

Adapun perayaan tradisi lebaran ketupat dilambangkan sebagai simbol kebersamaan dengan memasak ketupat dan mengantarkannya kepada sanak kerabat pada tradisi masyarakat Jawa.

Dalam menyambut lebaran ketupat ini berbagai macam ketupat disajikan oleh masyarakat Jawa. Di antaranya ketupat glabed berasal dari Tegal, ketupat babanci dari Betawi, serta ketupat bawang dari Madura.

Makna Lebaran Ketupat

Biasanya ketupat dibuat sehari sebelum acara riyoyo kupat. Sebelumnya warga juga saling berkunjung ke tetangga dan sanak saudara untuk mengantar ketupat sebagai media silaturahmi. 

Dalam bahasa Jawa, seperti dilansir dari laman kebudayaan.kemdikbud, kupat adalah singkatan dari ngaKU lePAT yang berarti mengaku salah. Secara fisik, ketupat mengandung makna filosofis mulai dari bentuk, isi, hingga bahan pembungkusnya.

Sementara dari segi warna, ketika ketupat dibelah dan berwarna putih melambangkan kebersihan dan kesucian hati setelah meminta maaf atas segala kesalahan.

Bahan pembungkus ketupat adalah daun kelapa muda atau janur yang berarti JAtining NUR yang berarti hati nurani. Beras sebagai isi dari ketupat sebagai simbol hawa nafsu manusia.

Jadi, secara keseluruhan kupat bermakna nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani. Keberadaan kupat tidak dapat dipisahkan dari lepet.

Lepet adalah makanan terbuat dari beras ketan yang dicampur dengan sedikit biji kacang panjang kering dan dibungkus janur. Makanan ini biasanya hadir sebagai pelengkap kupat.

Secara filosofis lepet berarti lengket. Artinya, bahwa manusia tidak luput dari kesalahan.

Dengan adanya lepet ini diharapkan tumbuh sifat arif dengan memaklumi bahwa setiap manusia memiliki kesalahan dan hendaknya dapat memaafkan orang lain.

Sementara dalam tafsir yang lain, kupat dimaknai sebagai kaffatan yang berasal dari Bahasa Arab yang bermakna kesempurnaan dalam arti kembalinya manusia kepada fitrah (kesucian) saat merayakan Hari Raya Idul Fitri.

Kaffatan dalam logat Surabaya atau Jawa Timur menjadi kupatan. Melakukan tradisi ini juga menunjukkan makna atau bukti kasih sayang antara anak dan orang tua.

Selain itu sungkeman juga dilakukan kepada sanak kerabat lainnya, tetangga, serta teman-teman. Jadi, sungkeman tidak hanya dulakukan sebatas dalam keluarga saja.

Makna ketupat juga berarti untuk menuntun umat Islam saling memaafkan dengan penuh ikhlas. Kemudian, untuk istilah selanjutnya yaitu laku papat atau dalam bahasa Indonesia artinya empat tindakan.

Adapun filosofinya, antara lain:

  1. Lebaran yang berarti usai, Menandakan puasa Ramadan telah berakhir.
  2. Luberan atau melimpah seperti air yang tumpah. Luberan ini memiliki makna berbagi kepada fakir miskin bagi orang-orang yang mampu atau memiliki kelebihan harta.
  3. Leburan. Leburan memiliki makna untuk meleburkan dosa dengan saling bermaaf-maafan satu sama lain. Dengan begitu, dosa yang telah kamu perbuat dapat melebur dan kembali suci.
  4. Laburan. Kata ini berasal dari kata labur atau kapur putih. Makna laburan ini adalah hati seorang muslim akan kembali jernih dan suci dengan berbagai ibadah yang telah dilakukan.

Demikianlah penjelasan mengenai tradisi lebaran ketupat atau syawalan di masyarakat Jawa, berikut dengan sejarah dan maknanya. 

Editor : Kartika Indah Kusumawardhani

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut