JAKARTA, iNewsDepok.id - Yusuf Salem Subagio, pria kelahiran Malang 10 September 1968 adalah seorang seniman terkenal di Kota Tua, Jakarta dan juga pengurus komunitas seni manusia patung Kotu Art yang dinaungi oleh Badan Pengelola Kota Tua, Jakarta Barat. Kotu Art adalah sebuah lembaga yang menangani para seniman-seniman Kota Tua agar lebih terstruktur dan terarah.
“Pakde” adalah sebuah kata yang dituju kepada Yusuf sebagai nama panggilan oleh kerabat maupun pengunjung Kota Tua. Pakde Yusuf memulai menjadi seniman manusia batu sejak 2013 tepatnya di tempat wisata yaitu kota tua. Pakde Yusuf sangatlah rendah hati kepada para pengunjung, dia memberikan edukasi-edukasi di setiap karakter yang diperankan saat menjadi manusia batu.
Berawal dari tahun 1996 Pakde mulai mencoba merantau ke Bandung dan Jakarta. Di tiga tahun pertamanya ia menjadi teknisi dan juga mengajar sablon di Bandung. Usahanya dibilang cukup sukses di sana, namun saat ingin mencoba bekerja di Jakarta Pakde nampak kesusahan. Ia melamar di berbagai perusahaan dengan sistem door to door. Efek pergantian era orde baru ke reformasi sangatlah terasa bagi Pakde, dan pada akhirnya ia diterima di perusahaan bank di Kuningan Jakarta Selatan.
Pada tahun 2013 Pakde memulai karirnya menjadi seniman.
"Dimana ada tempat wisata pasti disitulah adanya hiburan atau wahana tersendiri yang lain daripada yang lain,” kata Yusuf.
Pakde melihat Kota Tua sangatlah berpotensi untuk menghasilkan berkah dan rezeki bagi dirinya.
Hanoman merupakan karakter pertama yang diperankan oleh Pakde Yusuf sebagai manusia batu lalu ia berinovasi lagi dan lagi, seperti karakter tentara, pejuang, Gatotkaca dan lain-lain. Dengan kreatifitasnya dirinya terus berinovasi, sampai pada akhirnya dia menciptakan permainan “melayang” dengan konsep dia duduk bersandar di dinding tembok.
Ciptaan konsepnya itu kemudian dilihat langsung oleh Kotu Art dan Yusuf mulai bergabung dengan komunitas tersebut.
Pakde Yusuf mulai bergabung di komunitas Kotu Art dan mulai mengikuti aturan-aturan yang ada. Bergabung dengan komunitas itu Pakde pun makin berinovasi lagi dengan konsep-konsep dan ciptaan yang dia miliki. Karakter yang diperankan terus berganti sampai pada akhirnya dia memerankan Gatotkaca melayang pertama di Kota Tua pada tahun 2014.
Dia juga memerankan tentara pada acara-acara tertentu saja. Menurut Pakde peregulasian dari komunitas dan naungi oleh Badan Pengelola Kota Tua sangatlah baik. Mereka sangat membina komunitas-komunitas kecil di Kota Tua, melakukan perubahan pengurus dan bisa mempelajari organisasi.
Dalam kehidupan sehari-hari Pakde Yusuf dibilang cukup sederhana. Manusia batu sudah menjadi pekerjaan tetapnya. Dulu Ibu dari Pakde Yusuf ini mempunyai usaha kecil-kecilan di Kota Tua namun mengalami bangkrut pada bisnis tersebut. Saat ini Yusuf juga bekerja sambilan membuka warung kopi di kota tua.
“Seorang seniman boleh mati gaya tetapi tidak boleh mati karya,” kata Yusuf.
"Maksud saya jika kita tidak tidak bisa melakukan suatu karya maka saya akan mencoba karya-karya yang lain, dan intinya adalah kalau kita mempunyai kemauan dan potensi apapun bisa dilakukan kalau positif. Hidup di Jakarta tidak boleh malu karena orang tidak akan peduli kalau kita tidak memulai dengan aktivitas sendiri," imbuhnya.
Pekerjaan Yusuf mulai terhambat akibat dari pandemic Covid-19 yang merajalela dimana-mana. Ia diperbolehkan bekerja hanya di akhir pekan saja. sebagai pekerjaan sambilan Yusuf membuka warung kopi dan hasil dari penjualan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Pakde Yusuf.
Ia juga sudah menjual mobil dan motornya akibat dari pandemi yang berlangsung cukup lama ini. Menyikapi hal ini Pakde Yusuf selalu berpikir positif jika tidak hanya dia saja yang merasakan tetapi banyak orang-orang juga merasakanya. Pakde memegang prinsip “hidup itu adalah seni” seni dalam artian mengelola hidup kalian sendiri mengatur hidup kalian sendiri dan semua faktor yang terdapat dalam kehidupan adalah seni bagi Pakde Yusuf.
Pakde Yusuf juga mempunyai tujuan dalam seni manusia batu yaitu menciptakan suasana lain daripada yang lain. Dia membuat fenomena swafoto dengan manusia batu yang melayang. Kelebihan manusia patung di Kota Tua adalah selalu diam kalau disentuh maupun diledek.
Pada saat Pakde Yusuf melakukan duduk tapi “melayang” banyak orang-orang mengatakan kalau Pakde adalah orang yang sakti, itu dilakukan pada tahun 2014 dan langsung ramai diperbincangkan banyak orang.
Selama lima tahun menjadi pengurus komunitas manusia batu Pakde lah yang membuat para seniman jalanan mulai meniru aksi-aksinya. Itulah awal mula adanya manusia silver di penjuru kota.
Edukasi juga sebagai tujuan Pakde Yusuf sebagai seniman manusia batu. Edukasi disini Pakde menjelaskan kepada manusia silver di pinggir jalan atau street artist bagaimana cara menjadi beda dan mempunyai konsep maupun ciri khas tersendiri bagi mereka. Pakde juga mengungkapkan jangan hanya dengan meniru melainkan dengan cara memodifikasikannya sebaik mungkin dan seinovatif mungkin.
Bagi Pakde manusia silver yang tersebar di Indonesia hanyalah meniru dan tidak mempunyai ciri khas tersendiri. Jika para street artist itu mempunyai karakter dan nilai lebih, maka para penonton akan merasa puas dengan performa mereka.
Dalam contoh kasus yang diceritakan oleh Pakde Yusuf yaitu dalam acara suatu instansi negara mengundang para street artist dengan harga murah yang dikarenakan saat tampil tidak terkonsep dan apa adanya. Berbeda dengan Pakde yang sudah profesional dibidangnya. Maka dari itu Pakde melakukan edukasi dan sosialisasi kepada para street artist melalui pendekatan pendekatan dengan komunitasnya supaya memiliki nilai seni yang tinggi dan tidak dipandang sebagai pengamen jalanan biasa.
Perjalanan karir sebagai seniman manusia batu terbilang sangat menguntungkan. Pakde Yusuf yang saat ini sudah mempunyai rate card dengan tarif 750 ribu per jamnya, tergantung dengan tema acara apa yang akan dibawakan. Penghasilan yang paling drastis adalah saat Pakde diundang untuk menunjukkan kebolehannya di suatu rumah produksi.
"Dengan hanya 10 menit tampil Pakde mendapatkan uang sebesar Rp1.750.000, kenapa bisa sebanyak itu? Ya karena mereka menghargai dan mengapresiasi karakter yang dibutuhkan," ucap Yusuf.
Honor yang paling besar didapatkan oleh Pakde Yusuf sebesar 15 juta rupiah pada saat kegiatan di Bali sekaligus pentas yang sangat megah bagi Pakde sendiri karena ia berkolaborasi dengan seniman-seniman ternama di Bali. Seringkali Pakde berperan sebagai pemain tambahan di sinetron dan film layar lebar.
Selama bekerja di dunia seniman, Pakde Yusuf mulai mendapatkan relasi-relasi yang banyak sekali di seluruh dunia. Ia berteman dengan orang-orang di mancanegara karena orang-orang melihat sosok Pakde Yusuf berbeda dengan seniman-seniman di negara asal mereka.
Pada tahun 2018 Pakde Yusuf diundang di sebuah acara “Living Statue” di Belanda. Dia menolak undangan tersebut dikarenakan bentrok dengan acara yang lain dan akhirnya mengirim Pak Idris kesana dan memerankan Cepot disana. Hal yang membedakan manusia batu di luar negeri dan di Indonesia adalah menggabungkan antara seni dan budaya.
Harapan Pakde Yusuf kedepannya bagi para seniman jalanan yang masih di jalanan untuk bergabung dengan komunitas Kotu Art atau membuatnya sendiri supaya mempunyai nilai plus tersendiri. Dengan adanya naungan komunitas mereka akan dikelola secara profesional.
Pakde Yusuf juga ingin apa yang ditampilkan dan dikerjakan menjadi suatu pelajaran dalam artian dengan menggunakan trik-trik tertentu dapat menghasilkan berkah. Tidak hanya mencari uang untuk diri sendiri, melainkan dengan mengedukasi para pengunjung. Kota Tua sendiri adalah tempat wisata edukasi dimana orang-orang belajar sejarah, seni, dan wayang. Pakde berpesan kepada para anggotanya untuk selalu berbagi ilmu ke pengunjung.
Editor : M Mahfud