get app
inews
Aa Read Next : Mau Urus Sertifikat saat Ramadhan di BPN Kota Depok? Catat Jadwalnya

Mengenal Tradisi Nyadran dalam Masyarakat Jawa, Dilakukan Menjelang Ramadhan

Senin, 06 Maret 2023 | 14:38 WIB
header img
Tradisi nyadran yang dilakukan warga Desa Soropadan, Pringsurat, Temanggung di pasaran Suroloyo, puncak Gunung Kekep, Dusun Kupen, Desa Kupen, Temanggung. Foto: Dok Dinas Kominfo Temanggung

DEPOK, iNewsDepok.id - Tradisi nyadran dilakukan masyarakat Jawa di bulan Syaban, tepatnya menjelang Ramadhan. Tradisi ini sudah turun-temurun dilakukan, bahkan telah dilakukan orang-orang Jawa sebelum Islam masuk ke Indonesia.

Dulu, tradisi nyadran sudah dilakukan umat Hindu-Buddha. Pada masa Kerajaan Majapahit pada 1284 pelaksanaan seperti tradisi Nyadran disebut tradisi Craddha.

Dalam buku berjudul “Ensiklopedia Syirik dan Bid’ah” (Solo, Aqwam, 2012), Fahmi Suaidi dan Abu Aman menjelaskan di era Islam kegiatan ini biasanya diiringi dengan acara slametan dengan membuat makanan berupa ketan, kolak atau apem.

"Tradisi Nyadran sudah ada pada masa Hindu-Budha sebelum agama Islam masuk di Indonesia. Zaman kerajaan Majapahit tahun 1284 ada pelaksanaan seperti tradisi Nyadran yaitu tradisi craddha," tulisnya dalam buku tersebut, dikutip Senin (6/3/2023).

Adapun kesamaan antara tradisi nyadran dan craddha terletak pada kegiatan manusia dengan leluhur yang sudah meninggal seperti sesaji dan ritual sesembahan untuk penghormatan terhadap leluhur yang telah meninggal.

Lantas apa yang dimaksud dengan tradisi nyadran? Tradisi nyadran merupakan sebuah ritual berupa penghormatan kepada arwah nenek moyang dan memanjatkan doa selamatan.

Dalam pelaksanaan tradisi nyadran di masa Hindu-Budha menggunakan puji-pujian dan sesaji sebagai perlengkapan ritualnya. Sementara pelaksanaan tradisi nyadran yang dilakukan di masa Walisongo diakulturasi dengan doa-doa dari Alquran.  

Bila dalam masyarakat Jawa kuno meyakini bahwa leluhur yang sudah meninggal sejatinya masih ada dan mempengaruhi kehidupan anak cucu atau keturunannya.

Dengan adanya pengaruh agama Islam, maka makna nyadran mengalami pergeseran. Dari sekadar berdoa kepada Tuhan menjadi ritual pelaporan dan wujud penghargaan kepada bulan Sya’ban.

Ajaran agama Islam meyakini bulan Sya’ban yang datang menjelang Ramadhan merupakan bulan pelaporan atas amal perbuatan manusia. Karena itu pelaksanaan ziarah kubur dimaksudkan sebagai sarana instropeksi atau perenungan terhadap segala daya dan upaya yang telah dilakukan selama satu tahun.

Umumnya, pelaksanaan tradisi nyadran dengan membaca doa dan ayat-ayat yang ada di Alquran. Selanjutnya, tahlillan yang di tengah lingkaran terdapat kenduri dan sesajinya.

Tahap terakhir tabur bunga dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng dan makan bersama.

Berdasarkan Schrieke seperti dikutip Koentjaraningrat dalam buku "Kebudayaan Jawa", bahwa budaya tradisi Nyadran ini ditandai oleh suatu kehidupan keagamaan yang sangat sinkretistik, yakni campuran dari unsur-unsur agama Hindu, Buddha dan Islam.

Sinkretistik tersebut tampak ketika acara tahlilan dimulai pada sholawat mengalunkan tembang-tembang berbahasa Arab – Jawa. Di samping juga tampak pada perlengkapan kenduri yang dibawa oleh masing-masing anggota keluarga yang memiliki leluhur.

Ada juga yang membakar kemenyan atau dupa agar bau harum dari kemenyan dan dupa tersebut bisa mengingat keharuman atau perbuatan baiknya ketika leluhur hidup di dunia ini.

Sementara dalam "Upaya Mempertahankan Tradisi Nyadran di Tengah Arus Modernisasi", Muhammad Arifin dkk menyebut tradisi nyadran mengandung nilai-nilai yang baik bagi kelangsungan hidup bermasyarakat.

Salah satunya, tradisi nyadran ini mengajarkan kita untuk menghargai jasa-jasa dan menghormati para leluhur yang telah tiada dengan mendoakan agar memperoleh ketenangan di alamnya.

Tradisi nyadran juga mengajarkan untuk mensyukuri nikmat yang telah diperoleh dan mengajarkan kita untuk berbagi antar sesama. Hal ini terlihat dari makanan-makanan yang dibagikan ke masyarakat seperti nasi tumpeng, ayam ingkung dan lain-lain.

Editor : Kartika Indah Kusumawardhani

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut