DEPOK, iNewsDepok.id - Lima kampung berikut ini dikenal sebagai kampung pengemis di Indonesia, karena banyak penduduknya yang mencari uang dengan cara mengemis di kota-kota besar.
Akibat kemiskinan membuat sebagian orang memilih cara mencari uang dengan menjadi pengemis. Di samping masih ada ketimpangan ekonomi, kondisi diperparah dengan tingkat pengangguran tinggi dan lapangan kerja terbatas.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik per Maret 2022, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 26,16 juta jiwa dan tingkat kemiskinan sebesar 9,54 persen.
Tetapi justru karena keasyikan, sebagian orang menjadikan mengemis sebagai mata pencaharian karena ternyata hasilnya menjanjikan, serta bisa membangun rumah dan membeli berbagai fasilitas.
Beberapa desa atau kampung di Indonesia dikenal memiliki penduduk yang mencari uang dengan jalan menjadi pengemis di kota-kota besar. Lantas kampung apa saja yang dikenal sebagai kampung pengemis?
Simak ulasan mengenai 5 kampung pengemis di Indonesia, seperti dirangkum pada Minggu (15/1/2023):
- Kampung Kebanyakan, Kota Serang
Pada tahun 2016 tercatat 76 dari 525 keluarga mendapatkan penghasilan dari mengemis di kota-kota besar.
Ketua RT Muklas mengungkapkan sejak tahun 2000 banyak warga yang memilih menjadi pengemis. Bermula dari seseorang luar desa yang mengajak warga untuk mengemis karena penghasilan yang cukup tinggi.
Kemudian, banyak orang tertarik mengikuti jejak tetangganya yang menjadi pengemis.
“Alasannya, suaminya menganggur, kebanyakan tukang ojek, dan lain-lain, karena penghasilannya kurang dan rata-rata punya anak banyak, mungkin tiga atau empat. Lagipula saya tidak punya skill," kata Muklas.
- Desa Panyindangan, Kabupaten Indramayu
Jika dilihat-lihat, Desa Panyindangan sama seperti desa pada umumnya. Namun, penduduknya mencari uang dengan cara mengemis.
Pekerjaan sebagai pengemis dilakukan secara turun menurun sejak tahun 1987, di berbagai kota besar seperti, Jakarta dan Bandung.
Tak hanya itu, penghasilan sebagai pengemis bisa dikatakan cukup besar, per hari bisa mencapai ratusan ribu rupiah.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani