Awalnya, keraguan juga sempat terbersit di benak sang ayah, Iman. Sebab, untuk dapat mengikuti turnamen, Risalma harus sering izin sekolah karena jadwal berbenturan dengan jadwal sekolah.
"Saya khawatir sebagai orang tua, karena saya lebih memprioritaskan ke pelajaran ya, untuk masa depan," ujar Iman.
Namun, dukungan dari sekolah yang mengizinkan Risalma untuk berkompetisi justru menjadi kebanggaan tersendiri bagi Iman karena pihak sekolah memandang esport sebagai prestasi.
Keberhasilan Risalma mengikuti turnamen dan mendapat sponsor dari klub membuat kedua orang tua menjadi yakin dengan jalan karier yang dipilih anaknya.
"Saya lihat ke depannya ada prestasi, dan tidak mengharapkan penghasilan, tapi secara tidak langsung dengan prestasi sendiri bisa menghasilkan ada gaji. Akhirnya ya sudah saya semangati saja, sebagai orang tua mendukung," ujar Iman.
Tidak hanya ayahnya, kegemaran Risalma pada dunia esport sempat mengagetkan ibunya.
Sebab, mahasiswi yang kini berkuliah di Universitas Katolik Parahyangan Bandung jurusan Hubungan Internasional itu awalnya adalah atlet basket.
Editor : M Mahfud