get app
inews
Aa Text
Read Next : dr Ririn Lanjutkan Pencegahan Stunting, Ini Langkahnya

Provinsi Jawa Timur Mengejar Angka Stunting 14 Persen Tahun 2024, DPRD: Harus Bisa Diangka 1 Digit

Senin, 17 Oktober 2022 | 14:04 WIB
header img
Ketua Komisi E DPRD Jatim Wara Sundari Renny. Foto: Kominfo Jatim

SURABAYA, iNewsDepok.id - Pemprov Jawa Timur optimis dapat menekan angka stunting pada anak sampai diangka 14 persen ditahun 2024. Sebab, prevalensi stunting di Jatim dari tahun 2019 sampai 2021 terus mengalami penurunan.

Menurut hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) , angka prevalensi stunting di tahun 2019 masih diangka 26,86 persen. Namun, ditahun 2020 turun menjadi 25,64 persen. Persentase tersebut kembali turun di tahun 2021 menjadi 23,5 persen.

“Pemprov Jatim terus bekerja keras untuk menurunkan stunting serendah-rendahnya. Pak Presiden menargetkan angka stunting 14% di tahun 2024, ini akan menjadi kerja keras kita semua,” ujar Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.

Khofifah menegaskan, bahwa penanganan stunting di Jatim akan melibatkannya berbagai pihak, yakni peran serta instansi vertikal, lintas organisasi masyarakat, perguruan tinggi, organisasi profesi dan mitra non pemerintah lainnya.

Ketua Komisi E DPRD Jatim Wara Sundari Renny Pramana menyambut baik progres penurunan tersebut. Meski begitu dia mengingatkan agar kerja keras terus dilakukan agar stunting benar-benar bisa ditekan, minimal hingga menjadi satu digit.

Salah satunya dengan melalui program pemberian makanan tambahan (PMT) untuk meningkatkan status gizi anak. Dia berharap program PMT bisa ditingkatkan secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak di Jatim. 

"Peningkatan status gizi anak ini harus dilakukan hingga di tingkat desa. Pemerintah provinsi harus bisa memastikan bahwa anak-anak di desa tidak ada lagi yang kekurangan gizi. Maka, program PMT ini harus dimaksimalkan," katanya saat Reses di Kediri, Minggu (16/10/2022). 

Dia berharap, prevalensi stunting tahun 2022 harus turun setidaknya tiga persen melalui konvergensi program intervensi spesifik dan sensitif yang tepat sasaran. "Kemiskinan bukan faktor utama terjadinya stunting. Tapi ada juga faktor salah pola asuhnya. Itu menjadi pekerjaan rumah kita untuk sosialisasi pencegahan stunting," katanya. 

Itu alasannya, bersama stakeholeder dia turut mengampanyekan penanganan stunting hingga ke desa-desa. "Saya keliling dengan (kader) PKH (Program Keluarga Harapan) di seluruh Kabupaten Kediri. Tujuannya agar stunting turun menjadi satu digit," tuturnya.

Editor : M Mahfud

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut