JAKARTA, iNewsDepok.id - Sejumlah konglomerat berasal dari keluarga miskin dan hidup melarat. Mereka harus bekerja keras dan memulai usaha dari nol untuk mengubah nasib. Hasilnya, mereka sukses dan kaya raya. Keluarganya pun kini melanjutkan bisnisnya yang telah menggurita.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini konglomerat RI yang dulu pernah hidup melarat:
1. Eka Tjipta Widjaja
Pendiri Sinar Mas Group ini merupakan salah satu jajaran konglomerat Indonesia semasa hidupnya. Namun, ternyata dia terlahir dari keluarga miskin di Tiongkok.
Saat dia berusia 9 tahun, kesulitan ekonomi yang semakin dirasakannya membuat orang tuanya memutuskan untuk merantau ke Indonesia, tepatnya ke Makasar.
Dia pun harus membantu orang tuanya yang terlilit utang dengan berjualan biskuit, permen, dan berbagai dagangan lainnya hingga tidak bisa melanjutkan sekolah setelah tamat SD.
Tumbuh dewasa, Eka Tjipta Widjaja terus bekerja keras. Bahkan, dia bekerja sebagai buruh pabrik. Berdasarkan pengalamannya tersebut, dia kemudian mendirikan pabrik yang memproduksi natrium bikarbonat hingga menjadi perusahaan yang memproduksi kertas pertama yang bernama Sinar Mas.
Perusahaan Sinar Mas kini memiliki banyak lini, di sektor pulp dan kertas, agribisnis dan makanan, pengembang dan real estat, jasa keuangan, telekomunikasi dan data, serta energi dan infrastruktur hingga bisnis digital ventures.
Setelah kepergiannya pada 26 Januari 2019 di usia 98 tahun, gurita bisnisnya dijalankan keluarga. Bahkan, Widjaja keluarga masuk dalam peringkat ke-2 orang terkaya di Indonesia versi Forbes tahun lalu.
2. Sudono Salim
Bos Indofood yang memiliki nama asli Liem Sioe Liong ini pernah hidup sebagai gelandangan selama beberapa hari ketika awal dia hijrah dari Tiongkok ke Surabaya. Kemudian untuk bertahan hidup, dia bekerja di pabrik pembuatan tahu dan kerupuk.
Setelah itu, dia menjadi penjual cengkeh. Usahanya tersebut sukses berkembang hingga ke pulau Sulawesi dan Sumatera. Namun usaha itu terpaksa berhenti saat Indonesia dijajah Jepang.
Di awal kemerdekaan Indonesia, dia mulai merintis usahanya kembali dengan mendirikan Central Bank Asia yang kini dikenal dengan nama Bank Central Asia atau BCA. Setelah sukses di BCA, dia melebarkan sayap bisnisnya ke industri pangan yang diberi nama PT Bogasari dan produksi makanan dari olahan tepung terigu, yaitu Indofood.
Bisnisnya semakin berkembang hingga merambah ke sektor lain seperti Indosiar, Indomobil, Indocement, dan Indomaret.
Dia meninggal pada 10 Juni 2012 di Singapura pada usia 95 tahun.
Editor : M Mahfud