JAKARTA, iNewsDepok.id – Survei yang dilakukan Workplace Bullying Institute di Amerika Serikat pada 2017 menunjukkan, 19% warga Amerika mengalami bullying di tempat kerja, 19% menyaksikan adanya bullying, dan 63% menyadari adanya bullying. Bagaimana dengan di Indonesia?
Di Indonesia sendiri, perundungan atau bullying di tempat kerja masih kerap terjadi. Disadari atau tidak, tindakan-tindakan seperti; mengucilkan rekan kerja, meremehkan pekerjaan orang lain, menyebarkan rumor yang tidak benar tentang seseorang, membuat peraturan seenaknya, mengucapkan kata-kata kasar, hingga bercanda di luar batas, masih kerap ditemukan.
Isu kekerasan di tempat kerja, rupanya menjadi perhatian tersendiri bagi PT Unilever Indonesia, Tbk. Untuk itulah, baru-baru ini bekerja sama dengan Campus Marketeers Club, mereka menyelenggarakan webinar bertajuk “Creating Positive Vibes at Work: Tolerance is Key” dimana melibatkan lebih dari 300 mahasiswa dari berbagai wilayah Indonesia.
Webinar tersebut membekali para mahasiswa dengan kesadaran mengenai isu yang harus mereka prioritaskan saat mulai memasuki lapangan kerja nanti, yaitu pentingnya bekerja di dalam lingkungan yang memiliki vibes positif dengan mengedepankan nilai-nilai kesetaraan, keberagaman, dan inklusivitas.
“Tujuannya, agar para mahasiswa selaku Gen Z—yang akan mendominasi angkatan kerja di masa depan—semakin peka dan berani mengambil aksi nyata menindaklanjuti segala bentuk intoleransi yang mungkin mereka hadapi nanti,” jelas Kristy Nelwan, Head of Communications Unilever Indonesia.
Menurut Tara de Thouars, BA, M. Psi., Psikolog Klinis Dewasa, Gen Z adalah generasi yang sangat terbuka dengan perbedaan. “Penelitian McKinsey&Company menunjukkan beberapa kategori perilaku Gen Z yang membedakannya dengan generasi-generasi sebelumnya. Salah satunya adalah Undefined ID, dimana generasi ini menghargai setiap individu tanpa memberi label tertentu dan memiliki keterbukaan yang besar untuk memahami keunikan tiap individu. Perilaku ini tentunya akan turut memengaruhi mereka saat mencari pekerjaan,” kata Tara.
Bahkan, sebuah studi yang dilakukan oleh Randstad Workmonitor tahun 2022 menunjukkan 41% dari Gen Z yang tersebar di wilayah Eropa, Asia Pasifik, dan Amerika lebih memilih menganggur dibandingkan tidak bahagia di tempat kerja. Terlihat pula bahwa salah satu tolok ukur dari kebahagiaan bagi Gen Z adalah betapa prinsip kesetaraan, keberagaman, dan inklusivitas dapat ditegakkan di tempat kerja, dimana 41% responden mengaku tidak akan memilih tempat kerja yang tidak mempromosikan keragaman dan inklusivitas.
Hal itu menjadi sebuah tantangan sekaligus peluang bagi para perusahaan saat mereka mengakuisisi talenta baru, yaitu bagaimana toleransi dapat dibangun menjadi sebuah budaya di setiap level organisasi.
Tara kemudian berbagi tips untuk menghadapi workplace bullying:
- Tetap tenang. Pelaku bullying seringkali ingin memancing reaksi dan merasa senang bila target menunjukkan rasa kesal atau terluka karena tindakan mereka. Latih diri untuk memiliki batasan emosional yang sehat sehingga kita tidak bereaksi dan merasa buruk terhadap diri sendiri.
- Atasi masalah secara langsung. Coba bicara dan tegaskan pendapat atau perasaan kamu saat berkomunikasi dengan pelaku.
- Laporkan pada atasan atau HRD. Lakukan dengan komunikasi yang tepat sehingga mereka dapat membantu mencari jalan keluar terbaik.
- Dokumentasikan. Catat jam, lokasi, hingga siapa saja yang berada di dekat kamu saat peristiwa itu terjadi sehingga dapat membantu saat kita ingin melaporkan perlakuan tersebut.
- Jangan ragu untuk berbicara dengan orang lain. Baik itu dengan rekan kerja, sahabat, atau terapis jika perlu, hal ini dapat membantu kita mengatasi efek bullying yang dirasakan.
- Jaga rasa percaya diri dan pikiran positif. Bullying tidak merepresentasikan isu tentang targetnya, tapi merepresentasikan isu tentang pelakunya. Seringkali target jadi merasa diri kurang, buruk, jelek. Padahal, its not about the victim, its about the perpetrator.
Selain itu, seorang karyawan juga harus percaya bahwa mereka terlindung di bawah perusahaan yang memiliki kebijakan kuat terhadap segala bentuk diskriminasi dan bullying. Untuk itu, sangat penting bagi seorang calon karyawan untuk memastikan bahwa mereka memilih perusahaan yang berpihak pada kesetaraan, keberagaman, dan inklusivitas.
Editor : Mahfud