JAKARTA, iNews Depok.id - Penak Zamanku toh? menjadi frasa populer akan kecintaan rakyat pada Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto, layak menyandang gelar pahlawan nasional.
Negara menganugerahi Soeharto gelar pahlawan nasional pada 10 November 2025 bersama 9 orang lainnya.
Keputusan penetapan gelar pahlawan menuai pro kontra. Salah satu tokoh yang pro adalah Bimo Suryono, Ketua Umum Keluarga Besar Putra Putri (KBPP) Polri 2015–2021.
Bimo menyatakan masih banyak lapisan masyarakat yang merindukan sosok Soeharto. "Frasa Penak Zamanku toh? itu sangat dikenal karena masyarakat mengenang jasa, Pak Harto," kata Bimo yang kini menjabat Dewan Penasehat KBPP Polri kepada wartawan, Rabu (12/11/2025).
Bimo menyebut setidaknya ada 7 alasan Soeharto layak jadi pahlawan nasional.
1. Pejuang di Masa Revolusi dan Serangan Umum 1 Maret
Jauh sebelum menjadi Presiden, Soeharto adalah seorang pejuang militer yang berperang melawan penjajah Belanda.
Pada 1 Maret 1949, Soeharto menjadi Komandan Resimen 10 Yogyakarta yang memimpin Serangan Umum 1 Maret.
Operasi militer tersebut berhasil merebut Yogyakarta dari Belanda selama 6 jam.
Aksi itu bukan sekadar kemenangan taktis, tapi pesan politik yang kuat kepada dunia internasional, bahwa Republik Indonesia masih hidup dan berdaulat.
2. Menumpas G30S/PKI, Menyelamatkan Negara dari Kekacauan
Peristiwa G30S/PKI tahun 1965 adalah masa genting dalam sejarah bangsa. Soeharto saat itu menjabat Panglima Kostrad, menumpas gerakan PKI tersebut dan mengembalikan stabilitas nasional.
"Tanpa keberanian Pak Harto, entah seperti apa nasib Indonesia waktu itu," ujar Bimo.
3. Ingin Menyelamatkan Negara
Menurut Bimo, ketika Presiden Soekarno memberi mandat Surat Perintah 11 Maret (Supersemar), Soeharto justru tidak langsung ingin berkuasa. Ia sempat mengatakan hanya akan menjalankan amanah sekitar satu tahun saja, untuk menstabilkan keadaan dan mempersiapkan pemilihan umum.
"Ia memikul tanggung jawab saat bangsa ini sedang di ambang perpecahan," kata Bimo.
4. Program SD Inpres, Pendidikan untuk Semua
Tahun 1973, lahir program Sekolah Dasar Inpres (Instruksi Presiden) dengan membangun ribuan sekolah hingga pbetul bagaimana program ini membuka akses pendidikan bagi jutaan anak Indonesia.
5. Transmigrasi dan Pemerataan Penduduk
Pada era Soeharto, program transmigrasi dijalankan besar-besaran. Tujuannya pemerataan penduduk dan pembangunan wilayah baru.
"Ratusan ribu keluarga dipindahkan ke daerah yang saat itu masih sepi, dibekali tanah dan lahan pertanian," terang Bimo.
6. Swasembada Pangan dan Ekonomi yang Kuat
Pada tahun 1984, FAO (Organisasi Pangan Dunia) memberikan penghargaan kepada Indonesia atas keberhasilan swasembada beras.
Swasembada beras tercapai berkat kebijakan pertanian, irigasi, dan kredit pupuk.
7. Pembangunan Infrastruktur dan Stabilitas Nasional
Era Soeharto adalah era pembangunan masif mulai dari jalan raya, bendungan, waduk, jembatan, hingga pabrik-pabrik strategis.
Stabilitas keamanan nasional menjadi ciri khas yang memungkinkan investor datang dan ekonomi tumbuh.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait
