Selly berharap ke depan Gus Miftah dapat memperbaiki gaya berdakwahnya agar tidak melukai perasaan orang lain, sekalipun maksudnya adalah hanya ingin bercanda dan menghidupkan suasana.
Apalagi Gus Miftah saat ini juga mengemban tugas khusus dari Presiden Prabowo Subianto sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.
“Suka atau tidak suka, sebagai Utusan Khusus Presiden, ada pesan moral dan fungsional yang melekat padanya. Di dalamnya terdapat mandat bagaimana beliau memfasilitasi kerukunan umat beragama,” jelas Selly.
“Catatan untuk beliau, kerukunan bukan hanya antar umat beragama saja, tapi juga antar kelas ekonomi. Di beberapa case konflik atas nama agama, justru penyebab utamanya adalah masalah konflik kepentingan kelas ekonomi,” sambungnya.
Selly menyebut, ceramah-ceramah candaan satir seperti yang disampaikan Gus Miftah ke bakul es teh memang sebenarnya lumrah terjadi di masyarakat. Namun dalam konteks Gus Miftah ini, pihak yang dijadikan candaan subjeknya hadir dan tampak jelas sehingga sangat mempertontonkan jarak kelas sosial.
“Gus Miftah sebagai pendakwah kondang dan utusan khusus presiden berada di atas panggung, sementara di sisi lain penjual es yang hanya bermodalkan kayu nampan di atasnya terdapat minuman di kerumunan jamaah. Tapi bukannya kemudian dibeli itu es, justru diolok-olok sembari membawa pesan tasawuf,” papar Selly.
Anggota Komisi di DPR yang memiliki ruang lingkup kerja bidang keagamaan dan sosial ini pun menilai wajar apabila muncul desakan dari publik agar Presiden Prabowo mengevaluasi Gus Miftah dari jabatannya.
Hanya saja, Selly menyebut semua itu harus berpulang kepada Presiden Prabowo yang memutuskan mengangkat Gus Miftah sebagai perwakilannya di bidang toleransi.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait