Zuhud Tetap Tenang Tidak Bangga saat Harta Berlimpah, Tidak Sedih Ketika Kehilangan Dunia

Vitrianda Hilba Siregar
Apa pengertian zuhud? Zuhud adalah meninggalkan hal-hal yang tidak memberi manfaat untuk kehidupan akhirat. Foto: Dok

DEPOK, iNewsDepok.id - Apa pengertian zuhud? Zuhud adalah meninggalkan hal-hal yang tidak memberi manfaat untuk kehidupan akhirat.

Orang yang memegang teguh ilmu zuhud maka dia akan tetap tenang dalam situasi apapun juga. Dia bahkan merasa tidak bangga, besar kepala dengan harta yang dimilikinya.Begitupun saat dia tak memiliki dunia, tak memiliki harta maka tidak akan sedih, akan tetap tenang

Namun patut diingat bukan berarti orang yang zuhud harus selalu hidup dalam kesusahan ekonomi, miskin dan menyedihkan. 

Beberapa orang mungkin beranggapan bahwa zuhud berarti hidup dalam kemiskinan dan terlihat seperti orang miskin, dengan wajah lemah dan tubuh yang kurus, tetapi ini tidak benar.

Ustaz dr. Raenul Bahraen dalam sebuah kesempatan di akun Instagramnya menyebut.  "Lebih dari itu, ada yang berpendapat bahwa zuhud harus berarti hidup dalam kemiskinan dan identik dengan kemiskinan, tetapi ini tentu tidak benar."


Zuhud adalah sikap seseorang tidak menjadi bangga karena memiliki dunia dan tidak menjadi sedih karena kehilangan dunia. (Foto: Freepik)

 

Konsep zuhud telah dijelaskan oleh para ulama, dan salah satu penjelasan yang paling mewakili adalah penjelasan dari Imam al-Junaid bahwa orang yang zuhud tidak terikat dengan dunia karena fokusnya adalah pada akhirat. Beliau menyatakan, "Orang yang zuhud tidak merasa bangga karena memiliki dunia dan tidak merasa sedih jika kehilangan dunia."

Oleh karena itu, orang yang kaya juga dapat menjadi zuhud, seperti yang diilustrasikan dalam kisah berikut: "Suatu hari, Imam Ahmad bin Hanbal ditanya tentang seseorang yang memiliki seribu dinar, apakah dia dapat dianggap zuhud?" Imam Ahmad menjawab, "Dia bisa, dengan dua syarat: tidak merasa gembira saat hartanya bertambah, dan tidak merasa sedih saat hartanya berkurang."

"Menjadi kaya bukanlah sesuatu yang tercela, bahkan jika seseorang menjalankan jihad melalui kekayaan, maka itu adalah yang terbaik," tambahnya.


 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membiarkan sahabat-sahabatnya yang kaya menggunakan kekayaan mereka untuk membantu meringankan penderitaan sesama serta mendukung jalan Allah.

Namun, perlu diingat bahwa kekayaan juga dapat menyebabkan seseorang menjadi sombong. Mayoritas orang yang akan masuk neraka adalah mereka yang sombong, gemar mengumpulkan harta, dan sangat bakhil. "Semakin kaya, semakin harus dermawan, bukan semakin meningkat gaya hidup," begitu dikatakan.

Untuk mencegah agar kita tidak terjerumus dalam kesombongan dan ketamakan dunia, kita harus menyadari bahwa hakikat dunia ini hanya bersifat sementara.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network