JAKARTA, iNewsDepok.id - Mengawali tahun 2024, AAJI (Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia) menggelar Media Workshop bertema “Outlook Industri Asuransi Jiwa dan Ekonomi Tahun 2024”. Digelar pada Kamis, 25 Januari 2024 di Hotel Grand Sahid Jaya, Sudirman, Jakarta Pusat, menghadirkan dua narasumber utama yaitu Budi Tampubolon, Ketua Dewan Pengurus AAJI dan Aviliani, Komisaris Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).
Dalam kesempatan ini, Budi mengungkapkan hingga September 2023, pendapatan premi industri asuransi jiwa Indonesia tercatat sekitar Rp 135,2 triliun. “Sementara itu, hasil investasi selama Januari sampai September 2023 senilai Rp 23,9 triliun. Lebih tinggi dibandingkan nilai tahunan 2022. Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh kinerja positif di pasar modal dan yield Surat Berharga Negara (SBN),” kata Budi.
Untuk klaim dan manfaat, lanjut Budi, klaim meninggal dunia cenderung mengalami penurunan, seiring membaiknya kondisi kesehatan masyarakat. “Tren peningkatan klaim kesehatan diperkirakan terus berlanjut seiring komitmen industri ini untuk semakin berperan pada sistem Jaminan Kesehatan Nasional,” ujar Budi.
Berdasarkan data, sejak 2021, Polis dan Tertanggung menunjukan tren peningkatan yang dipengaruhi oleh meningkatnya kesadaran masyarakat akan asuransi paska pandemi Covid-19. Hal itu menunjukan bahwa industri asuransi jiwa tetap bertumbuh ke arah yang lebih baik di tengah masa pemulihan ekonomi yang masih fluktuatif.
Budi melihat proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) diperkirakan semakin dominan dalam dua tahun ke depan (2024-2025), sekitar 60%. Meningkatnya proporsi tersebut menjadi peluang dan tantangan industri untuk meningkatkan penetrasi asuransi, salah satunya melalui digital mengingat usia produktif cenderung mengakses digital lebih sering.
Senada dengan Budi, menurut Aviliani, dengan jumlah penduduk yang besar dan didominasi kelas menengah akan membuat peluang permintaan terhadap asuransi jiwa meningkat.
“Secara umum, industri asuransi jiwa di Indonesia memiliki prospek yang cerah. Hal ini didukung oleh beberapa faktor, antara lain: pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil, meningkatnya jumlah penduduk usia produktif, dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan asuransi jiwa,” jelas Aviliani.
Namun, Aviliani pun mengatakan, industri asuransi jiwa juga menghadapi beberapa tantangan, antara lain: persaingan yang semakin ketat, fluktuasi pasar keuangan yang dapat memengaruhi kinerja investasi asuransi jiwa, tingkat literasi dan inklusi asuransi yang masih rendah.
“Untuk mengatasi tantangan tersebut, industri asuransi jiwa perlu terus berinovasi dan mengembangkan produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu, industri asuransi jiwa juga perlu meningkatkan literasi dan inklusi asuransi melalui berbagai program edukasi,” saran Aviliani.
Editor : Mahfud
Artikel Terkait