KEBUMEN, iNewsDepok.id - Panasnya udara siang di depan halaman Pasar Wonokriyo Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, tidak membuat Rasimun (63) sopir mikrobus (engkel), jurusan Gombong - Kebumen, mematahkan arangnya untuk mengais rezeki. Dengan sabar, dirinya menanti engkel-nya terisi oleh penumpang.
Sudah lebih dari 15 menit, engkel yang ia kendarai belum ditumpangi penumpang, meskipun sudah menunggu penumpang (ngetem) cukup lama. Pemandangan ini jauh berbeda di era awal tahun 2000-an, di mana engkel menjadi angkutan primadona bagi warga Kebumen.
Dampak maraknya masyarakat Kebumen yang lebih memilih kendaraan sepeda motor untuk bepergian, membuat raut wajah sopir engkel makin lesu. Hal tersebut ditambah efek pandemi Covid-19 sejak 2020 lalu.
"Dulu engkel memang jadi favorit masyarakat, apalagi anak sekolah. Jumlah penumpang menurun drastis sejak Covid-19," kata Rasimun, kepada iNews Depok, Selasa (21/11/2023).
Saat jurnalis iNews mencoba menaiki mikrobus dengan trayek Gombong - Kebumen PP ini, sekitar empat penumpang turut naik. Dari 16 tempat duduk yang tersedia, hanya terisi lima penumpang saja.
Dengan umurnya yang tak lagi muda, Rasimun yang juga akrab disapa Tukul ini mulai melajukan engkel-nya. Tak selang 300 meter, Rasimun menghentikan kendaraannya kembali di depan pelataran warung.
"Laah, di sini udah siap jalan. Engkel di depan ngetem lagi," ujar Rasimun, melihat engkel di depannya masih ngetem.
Sepinya penumpang diketahui membuat sejumlah engkel ngetem cukup lama di sekitar Gombong. Melihat kondisi ini, Rasimun bercerita bagaimana perjuangan para sopir engkel berburu penumpang.
Rasimun mengaku, pendapatan setiap harinya tak menentu. Tidak jarang, Rasimun harus gigit jari lantaran penghasilannya harus dipotong untuk membeli solar dan setoran kepada pemilik kendaraan.
Mikrobus (engkel) trayek Gombong - Kebumen. Foto: iNews Depok/Tama
"Untuk biaya solar saja sudah Rp165 ribu, belum lagi setoran ke majikan, kadang-kadang Rp 80-100 ribu. Paling sehari saya dapat Rp100 ribu," kata Rasimun.
"Sehari saya harus narik engkel sebanyak lima rit, agar tercukupi setoran. Itu juga kalau ramai, ini saja Mas bisa lihat sendiri, penumpang cuma lima," imbuhnya.
Untuk tarif engkel dari Pasar Wonokriyo Gombong hingga Kebumen yang ditempuh dengan jarak 20 km, Rasimun mematok tarif Rp10 ribu.
"Untuk Gombong-Kebumen tarifnya Rp10 ribu hingga Rp12 ribu. Kalau anak sekolah paling separuhnya," kaya Rasimun.
Rasimun, sopir engkel di Kebumen. Foto: iNews Depok/Tama
Lesunya angkutan massal di Kebumen diakui juga oleh salah satu warga bernama Wahyu. Menurutnya, maraknya masyarakat yang memiliki kendaraan sepeda motor, menjadi salah satu faktor sepinya engkel di Kebumen.
Selain itu, banyak orang tua yang membiarkan dan mengizinkan anak-anaknya mengendarai sepeda motor untuk berangkat sekolah. Meskipun banyak di antaranya belum cukup umur, dan memiliki kelengkapan berkendara yang baik, seperti contoh kepemilikan surat izin mengemudi (SIM).
"Dulu zaman saya masih sekolah engkel masih ramai peminatnya. Sekarang kan orang beli sepeda motor gampang, kasih uang DP Rp200 ribu sudah bisa bawa pulang motor. Anak sekolah sekarang lebih suka naik sepeda motor daripada naik engkel," kata Wahyu.
Imbas sepinya penumpang, berpengaruh kepada jumlah kendaraan mikrobus yang masih bertahan. Hal ini terjadi lantaran banyak pemilik mikrobus di Kebumen gulung tikar karena sepinya penumpang.
Penumpang kendaraan mikrobus di Kebumen didominasi pedagang pasar. Foto: iNews Depok/Tama
"Kalau dahulu di Kebumen hingga petang masih mudah mendapatkan engkel untuk pulang. Saat ini, jam tiga sore saja boro-boro masih ada engkel, apalagi untuk jurusan tertentu seperti Petanahan, misalnya," ujar Wahyu.
Kondisi itu yang diharapkan sejumlah sopir engkel di Kebumen seperti Rasimun, agar masyarakat di Kebumen kembali menggunakan transportasi umum untuk bepergian. Oleh karena itu, Rasimun beserta rekan lainnya akan senang jika musim anak-anak sekolah aktif belajar. Namun jika musim libur sekolah, sejumlah sopir engkel hanya bisa mengelus dada saja.
"Saya berharap masyarakat, khususnya orang tua yang memiliki anak masih sekolah untuk menggunakan engkel kembali," kata Rasimun.
Ia juga berharap kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kebumen untuk memperhatikan nasib angkutan massal atau transportasi umum di Kebumen. Bahkan Rasimun juga berharap Pemkab Kebumen dengan jajaran dinas terkait, untuk bekerja sama dalam membuat bus sekolah yang melibatkan pemilik engkel di Kebumen.
"Menarik itu, jika pemerintah mengadakan bus sekolah yang bekerja sama dengan sopir engkel agar bisa beroperasi normal kembali," harapnya.
Hingga saat ini, jumlah mikrobus di Kebumen yang masih aktif beroperasi adalah trayek Kebumen - Prembun, Kebumen - Gombong dan Gombong - Ayah. Sementara untuk trayek Kebumen - Petanahan sudah jarang sekali beroperasi.
Editor : Mahfud
Kebumen Nasib engkel di Kebumen penumpang engkel di Kebumen Angkutan Gombong - Kebumen Pasar Wonokriyo Gombong Kabupaten Kebumen Jawa Tengah mikrobus engkel gombong ngetem Pandemi Covid-19 Covid-19 solar Pasar Wonokriyo sepinya engkel di Kebumen Surat Izin Mengemudi SIM mikrobus di Kebumen petanahan Transportasi Umum transportasi umum di Kebumen pemkab kebumen Prembun
Artikel Terkait