JAKARTA, iNewsDepok.id - Berdasarkan data yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 8 Agustus 2023 disebutkan bahwa perempuan lebih banyak mendapatkan pinjol (pinjaman melalui aplikasi online) daripada laki-laki.
Begitu juga data tahun 2021, OJK mencatat sebesar 54,95% perempuan mendapatkan pinjol, sementara laki-laki 45,5%.
Data tersebut menunjukkan bahwa perempuan lebih rentan menjadi korban pinjol, karena perempuan memiliki interaksi finansial yang relatif lebih rendah dibanding laki-laki.
Padahal, tak hanya memiliki peran penting dalam keluarga, perempuan juga memiliki potensi dan kemampuan yang signifikan untuk memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dikatakan Maya Rizano, Senior Vice President, Head of Strategic Communications and Brand Strategic Communications UOB Indonesia, selain saat ini populasi perempuan lebih banyak daripada laki-laki, para pelaku UMKM (tulang punggung penggerak ekonomi saat pandemi maupun setelah pandemi) juga didominasi oleh perempuan.
Ingin terus memainkan peran sebagai katalis dan pendorong untuk mendukung pemberdayaan perempuan, UOB Indonesia pun membantu para perempuan untuk mendapatkan produk dan layanan keuangan yang tepat, guna membangun masa depan yang aman dan sejahtera.
Salah satunya dengan menggelar literasi bertajuk “Building Inclusive Economies” di Jakarta, pada Selasa (15/8/2023).
Dalam kesempatan tersebut dibahas peran penting perempuan di Indonesia yang tidak hanya di tingkat rumah tangga, tetapi juga bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dalam kegiatan literasi ini, turut hadir sebagai narasumber, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Aviliani dan Plt. Kepala Grup Komunikasi Publik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sekar Putih Djarot.
Menurut Sekar, perempuan memiliki kecenderungan menabung untuk keperluan yang mencakup kebutuhan dasar, dana darurat, sampai biaya pendidikan anak.
"Perempuan yang baru mulai berinvestasi, biasanya akan memilih instrumen reksadana. Adapun reksadana yang dipilih beragam, mulai dari pendapatan tetap, campuran, sampai saham," ujar Sekar.
Sementara itu, Aviliani menyampaikan, sebelum berinvestasi, perempuan harus tahu profil risiko yang dapat dihadapi.
"Ketika mulai berinvestasi, baiknya menyisihkan uang di awal dan bukan sisa dari uang kebutuhan. Dalam memulai investasi, perempuan juga harus memiliki tujuan dan perhitungan yang jelas, misalnya dalam lima tahun ke depan, kebutuhan apa saja yang akan muncul," jelas Aviliani.
Menurutnya, dalam berinvestasi biasanya perempuan memilih produk yang imbal hasilnya dapat digunakan kembali atau memiliki jangka pendek. Perempuan disebut lebih memilih investasi berisiko rendah. Namun perempuan saat ini juga telah mulai beranjak ke investasi lain seperti obligasi pemerintah dan deposito.
Head of Deposit & Wealth Management UOB Indonesia, Vera Margaret, menambahkan, tren investasi yang digandrungi perempuan biasanya yang memiliki jangka pendek dan pendapatan tetap. Beberapa contoh investasi yang diminati perempuan adalah obligasi ritel, sukuk tabungan, sukuk ritel, dan saving bond ritel (SBR).
"Walaupun secara bertahap, nasabah perempuan mulai memasuki investasi yang jangka panjang seperti reksadana saham," jelas Vera.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait