JAKARTA, iNewsDepok.id – Indonesia sebagai negara akan genap berumur 100 tahun pada tahun 2045. Pada saat itu kegemilangan Indonesia diharapkan tercapai dengan sebutan Indonesia Emas 2045.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel menyatakan ancaman yang dihadapi Indonesia adalah radikalisme dan ekstremisme. Paham ini menggaungkan intoleransi sehingga sangat berbahaya bagi bangsa Indonesia yang sangat majemuk.
”Salah satu tantangan nyata yang dihadapi generasi muda saat ini adalah godaan untuk bersimpati terhadap gerakan radikal dan ekstrem yang berseliweran di internet,” kata Kepala BNPT RI di Jakarta, Senin (17/7/2023).
Kelompok radikal dan ekstrim lewat internet gencar membanjiri ruang publik dengan pesan intoleransi. Sasarannya adalah generasi muda.
Upaya untuk membendung informasi lewat dunia maya sulit dilakukan. Ini mengingat begitu bebasnya media sosial.
"Sekarang sudah tidak bisa dibendung lagi berbagai informasi yang masuk ke seluruh lapisan masyarakat, baik secara langsung, secara offline, maupun online. Ideologi ini masuk, karena sekarang sel-sel yang membangun ideologi kekerasan bukan hanya dengan kegiatan terbuka," kata Rycko.
Rycko mengungkapkan hasil penelitian I-KHub BNPT Counter Terrorism and Violent Extremism Outlook tahun 2023 mengonfirmasi kerentanan generasi muda Indonesia. Interaksi online yang belakangan menjadi tren arus utama, terutama pada masa pandemi COVID-19, dimanfaatkan oleh kelompok ekstremis untuk melakukan radikalisasi online.
"Tiga tahun masa pandemi kita lebih banyak menggunakan interaksi sosial online. Ternyata ini dimanfaatkan dengan menggunakan radikalisasi online yang disebut dengan online radicalization. Dari online radicalization ini kelompok paling banyak meningkat terpaparnya adalah pemuda, perempuan dan anak-anak," kata Rycko.
Karena itu hal terpenting adalah membangun ketahanan generasi muda. ”Ketahanan generasi muda merupakan salah satu pilar utama dalam membangun masa depan yang kuat bagi Indonesia,” tandas mantan Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri ini.
Menurut Rycko ketahanan generasi muda terhadap paparan radikalisme dan ekstrimisme perlu terus dibangun. Dengan demikian muncul public awareness atau kesadaran publik.
”Publik yang sadar dengan sendirinya tidak akan gampang terjerat janji-janji surgawi yang ditawarkan kelompok radikal ekstrem,” terang Rycko.
"Sehebat apapun mereka mengajarkan ideologi kekerasan, kalau masyarakat menolak, enggak akan ada gunanya," tegasnya.
BNPT RI sendiri, lanjut Rycko, dalam usia ke 13, menginstruksikan agar seluruh jajaran BNPT untuk melanjutkan kampanye kontraradikaliasasi online. Langkah ini terus diperkuat guna membangun kedamaian di ruang digital.
Seluruh jajaran BNPT diminta terus kreatif, terus masif untuk membangun public awareness baik secara offline turun ke lapangan maupun online sehingga Indonesia yang harmoni dapat terwujud.
"Gunakan berbagai macam platform digital untuk membangun kesadaran publik agar menolak apapun itu ideologinya, yang mengajarkan tentang kekerasan, yang mengajarkan tidak bisa menerima perbedaan, yang mengajarkan untuk membenci sesama ke kelompok, apalagi membenci pemerintah, menentang ideologi kita," urai Kepala BNPT Komjen Pol Rycko Amelza.
Editor : Mahfud
Artikel Terkait