DEPOK, iNewsDepok.id – Fakultas Teknik UI menciptakan alat sortir telur yang bisa memproses 6.000 telur per jam. Kecepatan alat sortir ini 2 kali lipat dari cara konvensional sehingga bisa meningkatkan produktivitas UMKM peternak telur Indonesia.
Dengan alat ini telur bisa disortir ke dalam tiga grade secara cepat. Ini memudahkan UMKM peternak telur untuk mengemas dan memasarkan telur berdasarkan ukuran telur secara cepat.
Kecepatan sortir telur selama ini memang menjadi masalah. Peternak telur skala UMKM kesulitan mendapatkan alat sortir telur karena harus impor dan harganya mahal.
Kondisi ini membuat tim dosen dan peneliti dari Departemen Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (DTMM FTUI) merancang alat sortir telur otomatis
Cara kerja alat sortir telur otomatis ini menggunakan prinsip magnet. Telur pun bisa dipisahkan berdasarkan 3 grade ukuran yang berbeda.
”Penyortiran telur secara otomatis diharapkan dapat membantu UMKM Peternak Telur di Indonesia untuk meningkatkan produktivitas dan menaikkan nilai jual telur berdasarkan grade telur yang disortir,” kata Dr Jaka Fajar Fatriansyah, MSc, IPM selaku Ketua Tim Pengmas DTMM FTUI seperti dalam rilis Humas UI.
Alat produksi FTUI ini berukuran lebih kecil dari alat serupa hasil produksi luar negeri dan dibandrol dengan harga terjangkau, yaitu Rp30.000.000.
Pembuatan alat ini terwujud berkat pengabdian kepada masyarakat (pengmas) yang didanai oleh Program Matching Fund Batch 3 Kedaireka Tahun 2022.
Dekan FTUI Prof Dr Heri Hermansyah, ST, M.Eng, IPU berharap inovasi alat sortir Tim Pengmas DTMM FTUI dapat menumbuhkan kesejahteraan peternak melalui keterampilan, inovasi teknologi, dan pemberdayaan.
”Industri peternakan Indonesia sudah saatnya mengadopsi teknologi untuk meningkatkan produktivitas. Inovasi ini juga diharapkan dapat membangun semangat generasi muda terhadap dunia agrikultur Indonesia ke depannya,” kata Heri Hermansyah.
Alat pencacah telur otomatis ini diujicobakan di Peternakan Agrova Farm, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Desember 2022.
Uji coba ini dilakukan untuk melihat kondisi alat di lapangan dan untuk mendapat masukan dari calon user/costumer, yaitu Agrova Farm.
Turut hadir pada kegiatan tersebut, Ketua Tim Pengmas DTMM FTUI bersama para anggota, yakni Muhammad Joshua YB, Agrin F Pradana, Fernanda H., dan Andreas F., M. Riza; perwakilan dari Yayasan Edu Farmers International, Ignatius Egan; Supervisor Lapangan Agrova Farm, A. Ilyadi; serta para peternak Agrova Farm, khususnya yang ada di bagian penyortiran dan pengepakan telur.
Ignatius Egan dari Yayasan Edu Farmers International mengungkapkan alat grading dan pencacah telur otomatis inovasi Tim Pengmas FTUI ini merupakan produk lokal yang belum banyak tersedia di pasar.
”Selama ini peternak telur harus impor dan itu mahal, sulit terjangkau bagi peternak UMKM. Hasil inovasi FTUI ini kami rasa bisa memenuhi gap yang ada di pasar,” kata Ignatius.
Produktivitas UMKM peternak telur di Indonesia memiliki tantangan dalam optimalisasi dan efisiensi kerja. Para pekerja rata-rata memerlukan waktu 2–3 jam per hari untuk memanen telur, menghitung jumlahnya, dan menimbang total berat telur.
Banyaknya tahapan yang ditangani mengakibatkan berkurangnya produktivitas peternak. Setiap orang hanya mampu menangani populasi 3.000–4.000 ekor. Angka ini jauh di bawah rata-rata produktivitas peternak ayam petelur di negara pesaing, seperti Cina, Amerika, dan India.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait