JAKARTA, iNewsDepok.id - Menteri Perdagangan Rusia Denis Manturov mengatakan pada Senin (26/12/2022) bahwa Moskow akan mengalihkan ekspor logamnya dari negara-negara Barat ke pasar alternatif karena sanksi yang diberlakukan oleh UE dan AS.
Melansir dari Russia Today, Moskow menyebut China, Turki, Asia Tenggara, negara-negara anggota Uni Ekonomi Eurasia pimpinan Rusia dan negara-negara CIS sebagai area prioritas untuk mendiversifikasi pasokan logam. Menurut Manturov, arus perdagangan juga akan terfokus pada pasar Amerika Latin, Afrika, dan Timur Tengah.
"Perusahaan kami, dengan partisipasi misi perdagangan, sudah melakukan reorientasi ekspor," katanya.
Rusia adalah produsen dan pengekspor logam utama. Menurut Institut Polytechnique de Paris, tahun lalu Rusia memegang pangsa pasar 13% untuk produksi titanium, 11,2% nikel, 10,5% platina, 5,4% aluminium, 4% tembaga, dan 4,4% kobalt.
Rusia juga merupakan produsen paladium terbesar di dunia, logam langka yang digunakan dalam pembuatan mobil, menyumbang 37% dari produksi pada tahun 2021.
Meskipun logam Rusia dan perusahaan yang memproduksinya tidak secara langsung menjadi sasaran sanksi Barat, banyak pembeli menghindari impor dari negara tersebut.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait