Langkah Agar Tahun 2022 Jadi Tahun Terakhir Pandemi di Indonesia

kartika
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan baru, dr. Reisa Broto Asmoro (Foto: Dok BNPB)

JAKARTA, iNews.id - Sejak Maret 2020 Indonesia berada dalam situasi pandemi COVID-19. Menjelang tahun baru 2022 ini, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan baru, dr. Reisa Broto Asmoro mengajak masyarakat menjadikan tahun 2022 sebagai tahun terakhir Indonesia dalam masa pandemi.

Untuk itu, sebaiknya masyarakat mendukung percepatan vaksinasi dan turut menekan potensi munculnya gelombang ketiga pada liburan panjang akhir 2021. Percepatan dan pemerataan vaksinasi tetap menjadi salah satu fokus utama pemerintah dalam penanganan COVID-19.

Selain itu, pemerintah terus memastikan pasokan vaksin aman. Pemerintah juga mendorong masyarakat membantu tercapainya target 70% penduduk tervaksinasi pada akhir 2021.

Soal vaksinasi ini, dr. Reisa mengatakan tingginya antusiasme masyarakat Indonesia menjadikan penyuntikkan vaksin dapat mencapai rata-rata 2 juta dosis per hari.

"Hari ini bahkan sudah lebih dari 220 juta suntikan diberikan kepada masyarakat. Target WHO (Badan Kesehatan Dunia) bahwa 40% warga divaksin lengkap di akhir tahun ini pun sudah dilewati," ujar dr. Reisa dalam keterangan tertulisnya, Senin (29/11/2021).

Meski demikian, dr. Reisa menekankan bahwa Indonesia masih memiliki tugas mengejar pemerataan cakupan vaksinasi untuk menjangkau orang-orang yang paling membutuhkan, seperti kelompok lansia, penderita komorbid, penyandang disabilitas, populasi ibu hamil, dan anak-anak.

Sementara kepada kelompok 88 juta orang yang sudah divaksin lengkap, dr. Reisa  mengajak memastikan 45 juta orang lainnya yang baru divaksin dosis pertama agar dapat melengkapi vaksinasinya.

"Yang terlebih penting, 88 juta dan 45 juta ini ikut memastikan sekitar 74 juta orang lainnya yang masuk dalam sasaran namun belum divaksin sama sekali, segera mendapatkan hak mereka. Dengan bersama-sama kita bisa akhiri pandemi ini," paparnya.

Lebih lanjut dr. Reisa mengungkapkan, seharusnya bukan suntikan booster yang dicari, melainkan booster atau alat untuk meningkatkan kekebalan bersama. Sesuai pesan Menteri Kesehatan, apabila 70% dari sasaran vaksinasi sudah mendapat dosis lengkap, maka Indonesia akan mulai memvaksinasi anak usia 6-11 tahun.

Di samping itu, dr. Reisa mengajak masyarakat untuk bersikap hati-hati dalam menyikapi masa liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) karena berpotensi menimbulkan gelombang ketiga.

"Sudah terbukti setiap masa libur mobilitas masyarakat yang tidak dibatasi akan hanya berujung kepada kenaikan kasus," kata dr. Reisa.

dr. Reisa juga menyoroti meningkatnya mobilitas dan interaksi pada libur Nataru tahun lalu serta setelah Lebaran tahun ini. Bahkan, menurut dr. Reisa, akhir-akhir ini  terdapat tren serupa. Data Google Mobility Index 15 November 2021 menunjukkan adanya kenaikan kegiatan rekreasi atau ke tempat wisata, serta peningkatan kegiatan kunjungan ke kawasan perumahan.

"Dalam konteks PPKM Level 1, tentunya tidak ada yang salah dengan fakta ini. Namun dalam konteks bahwa virus masih tetap bermutasi, vaksinasi belum 100%, dan kemungkinan besar protokol kesehatan diturunkan kedisiplinannya, ini sangat berbahaya," kata dr. Reisa.

Menurut dr. Reisa, kehadiran Satgas penegakkan prokes dan kesadaran tinggi petugas sangat diperlukan untuk memastikan keamanan kegiatan masyarakat di tempat wisata. Misalnya, memastikan penggunaan aplikasi PeduliLindungi dengan sepenuhnya, menjaga tidak ada kerumunan, dan menyiapkan petugas untuk mengingatkan penegakan protokol kesehatan di setiap wahana.

"Ingat, adaptasi baru jangan ditinggalkan karena lengah terlena situasi yang membaik," ujarnya.

Sementara untuk menekan risiko munculnya gelombang ketiga, pemerintah berencana memberlakukan pengetatan mobilitas. Sejumlah kegiatan diusulkan dilarang pelaksanaannya, yaitu acara pergantian tahun baik di luar maupun di dalam ruangan termasuk pesta petasan dan kembang api, pawai arak-arakan di tahun baru, event perayaan Nataru di mal, serta kegiatan seni budaya dan olahraga.

Pengetatan dan pengawasan protokol kesehatan juga dilakukan di sejumlah destinasi, terutama di gereja pada saat perayaan Natal, tempat perbelanjaan, sekolah, restoran, dan destinasi wisata. Dengan upaya-upaya tersebut, diharapkan risiko penularan dapat ditekan dan perlindungan kesehatan masyarakat dapat dioptimalkan, sehingga situasi baik saat ini dapat berlanjut pada tahun depan.

dr. Reisa mengatakan tahun 2022 adalah tahun ketiga kita berada di masa pandemi. Mari bertekad untuk jadikan ini tahun terakhir kita berada dalam masa wabah raya. Tunjukan lagi kerjasama yang solid dan gotong royong yang kuat, kekompakan tingkat tinggi, untuk mencegah gelombang ketiga.

"Dengan segenap kemampuan kita, dengan sukses menjadi Presidensi G20, dengan tetap menjadi salah satu tertinggi di dunia dalam memvaksinasi rakyatnya, dengan menjadi salah satu paling disiplin dalam prokes dan terbiasa dengan adaptasi kebiasaan baru, mari kita bersama pulihkan kesehatan dan bangkitkan ekonomi," pungkasnya.

Editor : Kartika Indah Kusumawardhani

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network