JAKARTA, iNewsDepok.id - Tiga Ormas Islam, Jumat (17/6/2022), mengggelar aksi Bela Nabi Muhammad SAW di kantor Kedutaan Besar (Kedubes) India, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.
Ketiganya adalah Front Persaudaraan Islam (FPI), Gerakan Nasional Kawal Fatwa (GNPF) - Ulama dan Persaudaraan Alumni (PA) 212.
Dari poster yang disebarkan melalui media sosial, Rabu (15/6/2022), diketahui kalau aksi yang dinamai Aksi 1706 itu bertujuan untuk mengepung Kedubes India agar duta besarnya diusir dari Indonesia. Kalimatnya lumayan "menggetarkan".
"Aksi 1706, Panggilan Jihad Kembali Datang!!! Aksi Bela Nabi, Ayo!!! Kita Kepung Kedubes India. Ganyang India, Usir Dubes India," demikian tertulis di poster tersebut.
Aksi ini dimulai ba'da salat Jumat.
Sumber: Twitter
Seperti diketahui, situasi di India saat ini sedang memanas akibat pernyataan Nupur Sharma dan Naveen Jindal, juru bicara partai Bharatiya Janata (BJP), partai yang berkuasa di India yang dinilai menghina Nabi Muhammad SAW.
Dalam sebuah acara debat di televisi. Menurut Sputnik News, Sarma disebut mengolok-olok Al-Qur'an dan menyamakannya dengan 'bumi itu datar'. Dia juga menghina Nabi Muhammad SAW karena menikah dengan istrinya Aisyah saat masih muda.
"Nabi Muhammad menikahi seorang gadis berusia enam tahun dan kemudian berhubungan dengannya pada usia sembilan tahun," katanya.
Namun, dia kemudian membela diri dengan mengatakan bahwa ucapannya merupakan bentuk pembelaan atas 'penghinaan terhadap dewa Hindu Siwa'. Dalam unggahan di akun Instagramnya, Sharma mengatakan dirinya tidak bisa menerima penghinaan dan rasa tidak hormat tersebut.
"Saya sudah menghadiri debat TV itu selama beberapa hari terakhir di mana Mahadev kami dihina dan tidak dihormati terus menerus," katanya di akun Instagramnya itu.
Sementara Naveen Jindal menghina Nabi Muhammad SAW melalui akun Twitternya.
Perbuatan Sharma dan Jindal itu menuai reaksi keras dari negara-negara Islam seperti Qatar, Arab Saudi, UEA, Oman dan Iran yang merupakan mitra dagang utama India. Mereka mengajukan protes diplomatik untuk menuntut permintaan maaf dari pemerintah Modi atas komentar tersebut, dan aksi boikot produk-produk India bergema di negara-negara itu.
Partai nasionalis Hindu mengatakan pernyataan ofensif itu tidak mencerminkan posisi pemerintah dan komentar itu dibuat oleh "elemen pinggiran". BJP bahkan telah memecat Sharma dan Jindal.
Namun, di dalam negeri India pun pernyataan kedua politisi itu telah menuai protes dari umat Islam di negara itu, hingga terjadi demonstrasi di beberapa negara bagian, termasuk di Uttar Pradesh.
Sayang, aksi ini berujung bentrokan dengan penganut agama Hindu, dan di beberapa daerah bentrok dengan polisi, dan menjalar menjadi kerusuhan.
Di Uttar Pradesh, polisi mengabarkan menangkap lebih dari 300 orang sehubungan dengan kerusuhan tersebut.
Hingga kini situasi India belum kondusif. Pada Senin (13/6/2022), Reuters melaporkan kalau Kepala Menteri Negara Bagian Uttar Pradesh, Yogi Adityanath, memerintahkan para pejabat untuk menghancurkan tempat-tempat ilegal dan rumah orang-orang yang dituduh terlibat dalam kerusuhan di sana pekan lalu. Salah satu rumah yang dihancurkan adalah rumah aktivis Muslim Afreen Fatima (24). Rumah itu dibolduser.
Editor : Rohman
Artikel Terkait