JAKARTA, iNewsDepok.id - Fakta yang satu demi satu diungkap Ustaz Abdul Somad (UAS) terkait Pendeportasian dirinya oleh Singapura pada Senin (17/5/2022), membuat kasus ini semakin aneh dan janggal.
Pasalnya, saat WA-an dengan Ustaz Hilmi Firdausi, UAS mengungkap kalau sebelum berangkat ke Singapura, ia dan rombongan telah menerima arrival card dan Immigration and Checkpoints Authority (ICA) Singapura. Bahkan rute perjalanan selama UAS dan rombongan berlibur di negara itu, sudah tercatat dengan jelas
"Beberapa hari sebelum keberangkatan, semua persyaratan sudah dipenuhi. ICA sudah keluarkan arrival card. Semua rute perjalanan jelas," kata UAS kepada Ustaz Hilmi seperti dikutip dari tangkapan layar percakapan UAS dan Hilmi melalui pesan WhatsApp, seperti dikutip dari akun Twitter Ustaz Hilmi, @Hilmi28, Rabu (18/5/2022).
Penjelasan UAS saat berkomunikasi dengan Ustaz Hilmi melalui WA. Sumber: Twitter
UAS menyebut, selama berlibur di Singapura, ia dan rombongan yang berjumlah tujuh orang, akan mengendarai Minivan/HI Ace dengan kapasitas 13 tempat duduk.
Berikut rencana jadwal liburan UAS dan rombongan selama di Singapura:
16 Mei = Halfdays (4 hours)
- Pick up Pelabuhan Tanah Merah pada pukul 14:50 waktu Singapura
- Arab Street, Masjid Sultan
- Drop hotel (Lion Peak Bugis Ex Morrison Hotel)
17 Mei = Fullday (8 hours)
- Pick up hotel at 09:00
- Transfer to SGST for Antingen - Golden Landmark, facing to Sultan's Mosque (biaya Antingen bayar di tempat)
- Singapore Flyer (photo stop)
- Merlion
- Singapore River
- USS (photo stop)
- Garden by the bay
- Drop Tanah Merah Ferry Terminal at 16:30 (Majesty Ferry: Tanah Merah - Batam Centre @18.10).
Seperti diketahui, UAS berangkat ke Singapura bersama istri dan Samy, anak laki-lakinya yang masih berusia 3 bulan, dan sahabatnya yang membawa serta istri dan dua orang anaknya yang masing-masing berusia 21 dan 4 tahun.
Dalam komunikasinya dengan Ustaz Hilmi melalui WA, UAS kembali menceritakan kalau ia dan rombongan tiba di Pelabuhan Tanah Merah pada pukul 13:30. Setelah istri, anak dan keluarga sahabatnya memasuki pelabuhan dan UAS akan menyusul masuk, ia ditarik petugas imigrasi Singapura di pelabuhan itu ke pinggir tempat orang lalu lalang, sementara anak, istri dan keluarga sahabatnya yang sudah melangkah menuju keluar pelabuhan, ditarik masuk lagi ke dalam kantor imigrasi.
"Kemudian UAS dimasukkan ke ruang 1x2 meter. Atap jeruji. Selama 1 jam anak istri dan rombongan di ruang lain. Pukul 17:30, UAS dan rombongan dipulangkan ke Batam dengan feri terakhir," kisah UAS.
Da'i asal Sumut itu menegaskan, tidak ada wawancara dan ia juga tidak bisa minta penjelasan mengapa dideportasi. Ia bahkan bertanya, apakah Singapura mempekerjakan robot? Atau apa yang dialaminya ini merupakan efek dari pandemi Covid-19 selama dua tahun?
"Mohon agar DPR RI mendesak Dubes Singapura agar memberikan penjelasan mengapa ada deportasi," pinta UAS.
Terpisah, seperti dikutip dari iNews.id, Dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh baru Indonesia untuk Singapura, Suryopratomo, mengatakan bahwa UAS tidaklah dideportasi, melainkan tidak mendapatkan izin untuk masuk ke wilayah Singapura.
"UAS tidak dideportasi, tetapi tidak mendapatkan approval (persetujuan) untuk masuk Singapura," ucap Suryopratomo ketika dikonfirmasi.
Dia menjelaskan, perihal izin bukanlah kewenangan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Menurut dia, hal ini murni keputusan dari Pemerintah Singapura.
"Itu kewenangan Singapura bukan KBRI," katanya.
Editor : Rohman